Jakarta, Aktual.com – PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) siap mengantisipasi persaingan yang ketat pada industri penerbangan tahun 2017, dengan melakukan dua strategi yaitu mematok asumsi harga avtur dan melakukan lindung nilai (heding) dari fluktuasi nilai valuta asing.

“Pada tahun ini (2017), kami sudah menyiapkan langkah antisipasi terhadap kemungkinan melonjaknya harga minyak di pasar global dan fluktuasi kurs mata uang,” kata Dirut Garuda Indonesia Arif Wibowo, di sela-sela perayaan bersama HUT 22 BUMN, di Lombok, Sabtu (28/1).

Menurut Arif, pada tahun 2017 perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih sangat berdampak pada bisnis penerbangan.

Namun ia menjelaskan, atas kemungkinan melonjaknya harga minyak, Garuda menetapkan asumsi harga avtur sebesar 57 sen dolar AS per liter.

“Harga minyak menjadi faktor utama dalam konteks ‘cost strategy’, karena bisa berdampak langsung pada kinerja di 2017,” katanya.

Selanjutnya perseroan melakukan hedging valas dalam rangka melindungi fluktuasi nilai tukar dari transaksi pembayaran pinjaman perusahaan.

Arif tidak bersedia menyebutkan nilai hedging yang dimaksud. Ia hanya menyelaskan langkah hedging dimaksudkan untuk menjaga neraca keuangan perseroan dari efek negatif pelemahan rupiah.

Meski persaingan antar airline demikian ketat, namun Arif menargetkan pertumbuhan kapasitas penumpang Garuda Indonesia pada tahun 2017 mencapai sebesar 8,7 persen, lebih tinggi dibanding proyeksi pertumbuhan industri penerbangan yang hanya 6,9 persen.

Pertumbuhan tersebut digunakan untuk ekspansi ke pasar China dan Timur Tengah, terutama rute-rute umrah.

Selanjutnya untuk domestik, Garuda lebih menambah kapasitas di wilayah Timur sekitar 12 persen dan di wilayah Barat sekitar 6,6 persen.

“Jadi di 2017, kita sudah coba antitipasi bagaimana peningkatan kapasitas ini harus diikuti dengan peningkatan pendapatan sekaligus tingkat isian yang lebih baik,” tegasnya.

Selain mematok harga avtur dan hedging, Garuda juga siap menggenjot layanan e-commerce, karena di era ekonomi digital perusahaan harus menggali pendapatan dari sisi non aviasi.

“Kontribusi e-commerce kami targetkan terus tumbuh menembus 30-40 persen. Semua kita benahi, jangan sampai kita sebagai airline tertinggal dari perusahaan penerbangan lain,” kata Arif. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara