Malang, Aktual.co — Kisruh antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok) dan DPRD DKI Jakarta, dikarenakan Ahok selama ini mengabaikan nilai-nilai sosial dan budaya bangsa dalam menjalin pola  komunikasinya.
Gaya komunikasi Ahok dianggap sangat rawan untuk menjadi trandsetter bagi kepala daerah lain, lantaran, posisinya saat sebagai kepala daerah Ibu Kota Negara.
“Komunikasi politik itu tidak terlepas dari waktu, tempat dan budaya di masyarakat. Pengamatan saya, gaya komunikasi Ahok sudah menghilangkan hal tersebut, terutama pada terkait budaya kita,” kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Anang Sudjoko, Sabtu (14/3) di Malang, Jawa Timur.
Budaya masyarakat Indonesia yang santun dalam penyampaian sesuatu kepada orang lain, lanjut dia, seakan diabaikan oleh Ahok untuk mencapai tujuan tertentu. Apalagi, mudahnya Ahok akses ke media juga semakin membuat gaya-nya lebih diekspos kepada publik.
“Entah itu tujuannya baik atau tidak kita juga tidak tahu. Yang jelas, misalnya tujuan Ahok baik, namun dengan cara seperti itu, juga tidak pantas,” paparnya.
Cara-cara seperti Ahok yang rentan merembet ke daerah ini, dikatakan Anang, malah memperuncing hubungan antar lembaga, terlebih kisruh ini terjadi dengan anggota DPRD yang notabene-nya adalah wakil rakyat.
“Sebenarnya dibutuhkan tim untuk bekerja membangun daerah, Eksekutif dan Legislatif adalah sebuah tim. Ini kaitannya dengan E-Budgeting yang saat ini ramai diberitakan,” paparnya.
Anang menilai selama ini Ahok terlalu over percaya diri sehingga dengan mudah ia mengabaikan orang lain. “Saya juga tidak sepakat dengan gaya seperti itu, karena sekali lagi saya tandaskan ada budaya yang harus kita pegang,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby