Jakarta, Aktual.com — Kegiatan Menteri yang satu ini di Tanah Suci khususnya di Mekah Al Mukarammah kadang agak sulit ditebak.
Pernah suatu pagi, tiba-tiba tim Media Center Haji (MCH) diinformasikan bahwa Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin yang dilantik 27 Oktober 2014 itu akan mengunjungi dapur perusahaan katering di Mekah.
Bisa ditebak, tidak semua wartawan dalam tim MCH Mekkah siap meliput pagi hari, karena biasanya bekerja hingga malam hari.
“Sudah, jalan aja dulu,” kata Kepala Seksi MCH Daker Mekah Khoeron Abdurori.
Beruntung pada kegiatan Menag selanjutnya, agak lebih terjadwal, meskipun pada blusukan Kamis malam (17/9) lalu, sejumlah wartawan tetap tertinggal dari langkahnya yang cepat dan sigap.
Niat hati ingin bisa salat Isya bareng Menteri di Masjidil Haram, namun rombongan wartawan MCH Daker Mekkah dan sejumlah wartawan MCH Madinah justru terpaksa harus pasrah shalat di selasar jalan menuju Mesjidil Haram, masih dalam Terminal Bab Ali.
Kami baru bertemu Menag yang juga Ketua Amirul Hajj itu ketika ia bersama Sekretaris Menteri Khoerul Huda Basyir dan Kapushumas Rudi Subyantoro kembali ke terminal Bab Ali untuk merasakan langsung perjuangan jemaah naik bus untuk kembali ke pemondokan masing-masing.
Blusukannya kali ini sengaja tidak dibuat mencolok. Wartawan televisi yang ikut pun diminta tidak membawa kamera besar, karena mantan wakil Ketua MPR-RI 2009-2014 itu tidak ingin dikenali jemaah Haji.
Ketika sampai di Terminal Bab Ali, Lukman yang ramah menyapa seorang jemaah perempuan tua. “Ibu mau kemana?” tanyanya, di tengah deru bus dan teriakan petugas yang mengatur lalu lintas di terminal.
“Pemondokan 306,” ujar jamaah yang disapa, menjawab sekenanya.
Ia mungkin tidak tahu bahwa yang menyapa adalah Menteri Agama Republik Indonesia yang menjadi pemimpin delegasi misi Haji Indonesia tahun ini.
Begitu bus datang, sama seperti jamaah lain, Lukman yang kala itu hanya mengenakan baju koko putih lengan pendek, ikut berdesak-desakan menaiki bus warna oranye milik BUMN Arab Saudi, Saptco.
Bus tersebut disiapkan Pemerintah Arab Saudi untuk melayani seluruh jemaah dari seluruh dunia yang datang ke Mekah.
Seorang jamaah perempuan dari Indramayu, mengaku setiap hari harus berebutan dengan jamaah lain dari berbagai negara untuk naik bus tanpa stiker negara itu.
“Kadang kami kesikut jamaah lain yang lebih besar. Sakit di sini dan sini, ketarik-tarik,” kata seorang perempuan tua sambil memegang pangkal lengan kanan dan lehernya.
Lukman sendiri nampaknya mengalami nasib yang sama dengan jamaah perempuan dari Indramayu itu. Ia harus berdesakan dengan penumpang lain dari negara lain yang badannya besar-besar.
Setelah sekitar 10 menit menaiki bus Saptco, akhirnya rombongan tiba di Terminal Mahbas Jin, dimana Bus Shalawat telah menanti untuk membawa jemaah Indonesia ke pemondokan masing-masing.
Di terminal yang relatif agak sepi ini, sejumlah jamaah Indonesia rupanya ada yang mengenali sosok pria kelahiran Jakarta 25 November 1962 itu sebagai Menteri Agama.
Ada yang sekedar salaman, namun lebih banyak yang minta foto bareng.
Beruntung Bus Shalawat Nomor 3 Rute Aziziah Syimaliah 2-Mahbas Jin-Bab Ali segera datang, sehingga acara foto-foto bersama tidak berlanjut lama.
Mirip dengan bus sebelumnya, naik Bus Shalawat pun sedikit berdesakan. Apalagi Menag memilih menggunakan bus yang telah penuh.
Tanpa sungkan, anggota DPR untuk tiga periode dari PPP itu berdiri di lorong kursi paling belakang. Kemudian menyapa penumpang suami istri yang duduk di dekatnya. “Bapak dari mana?” tanyanya ramah.
“Dari Tegal, pak,” jawab jamaah pria, yang kemudian belakang diketahui bernama Mahmuri.
“Wah kalau Tegal, paling enak sate kambingnya,” ujar lulusan Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur itu.
Entah bagaimana, tiba-tiba Machmuri dari Kloter 54 embarkasi Solo (SOC54) itu akhirnya menyadari, pria disampingnya, yang menyapa, dan ngobrol ramah itu adalah Menteri Agama Republik Indonesia.
“Dari tadi saya mikir, kok rasanya kenal bapak ini, ternyata Menteri Agama,” ujarnya sumringah.
“Mungkin saya KW-nya pak, sekarang kan banyak KW-KW, ” ujar Lukman berseloroh.
Machmuri pun tersipu. “Wah kalau ini sih asli,” katanya yakin, sambil berdiri dan mencondongkan tubuhnya dekat Sang Menteri untuk foto bersama.
Tanpa sungkan mantan Wakil Ketua MPR-RI tahun 2009-2014 itu berpose layaknya dua sahabat akrab yang bertemu di dalam bus.
“Mudah-mudahan ini bisa jadi cerita kalau bapak pulang kampung nanti ya,” katanya, sebelum akhirnya turun di pemondokan 303, untuk meninjau salah satu kamar jamaah yang terbakar di penginapan itu.
Artikel ini ditulis oleh: