Singapura, Aktual.com – Harga minyak turun tipis di perdagangan Asia pada Rabu (9/11) sore, karena data industri menunjukkan stok minyak mentah AS naik lebih besar dari yang diperkirakan dan di tengah kekhawatiran rebound dalam kasus COVID-19 di importir utama China akan mengganggu permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent menyusut 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 95,27 dolar AS per barel pada pukul 07.27 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 88,71 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan minyak merosot sekitar 3,0 persen pada Selasa (8/11).

Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 5,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 4 November, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API), sementara tujuh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata bahwa persediaan minyak mentah akan naik sekitar 1,4 juta barel.

Pekan lalu, pasar berpegang pada harapan bahwa China mungkin bergerak ke arah pelonggaran pembatasan COVID-19 tetapi selama akhir pekan pejabat kesehatan mengatakan mereka akan tetap berpegang pada pendekatan “pembersihan dinamis” mereka terhadap infeksi baru.

Kasus COVID-19 di Guangzhou dan kota-kota China lainnya telah melonjak, dengan jutaan penduduk di pusat manufaktur global itu diminta untuk melakukan tes COVID-19 pada Rabu.

“Dengan narasi (pembukaan kembali China) yang didorong kembali, ditambah dengan peningkatan yang cukup besar pada data persediaan AS, menyiratkan permintaan AS yang meredup, kru resesi kembali dengan kekuatan penuh pagi ini di Asia,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management dalam sebuah catatan.

Analis CMC Markets Tina Teng mengatakan meskipun pasokan terbatas di pasar fisik, perlambatan permintaan China berdampak besar pada pasar minyak berjangka.

Dalam tanda bearish lainnya, data API menunjukkan persediaan bensin naik sekitar 2,6 juta barel, terhadap perkiraan analis untuk penarikan 1,1 juta barel.

Pasar akan menunggu data persediaan resmi AS dari Badan Informasi Energi yang akan dirilis pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT) untuk pandangan lebih lanjut tentang permintaan di ekonomi terbesar dunia itu. Sementara itu, kekhawatiran pasokan tetap ada.

“Selain pengurangan pasokan OPEC+ yang sedang berlangsung, pasokan minyak Rusia akan turun karena larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah dan produk olahan Rusia mulai berlaku,” kata ahli strategi komoditas ING dalam sebuah catatan.

Uni Eropa akan melarang impor minyak mentah Rusia pada 5 Desember dan produk minyak Rusia pada 5 Februari, sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i