Port Vila, Aktual.com – Gempa bumi dahsyat melanda Vanuatu dengan kekuatan 7,3 magnitudo (M) pada kedalaman 57 kilometer pukul 12:47 siang waktu setempat atau pukul 08.47 WIB. Pusat gempa berada sekitar 30 kilometer dari pantai Efate yang merupakan pulau utama Vanuatu. Gempa susulan berkekuatan 5,5 M terjadi beberapa menit setelah gempa utama, diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang lebih kecil selama beberapa jam berikutnya.

Akibat gempa itu, sebagian besar bangunan di ibukota Port Vila roboh dan hancur. Bahkan bangunan gedung diplomatik empat lantai yang berisikan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Prancis, Inggris, dan Australia, roboh dan hancur total.

Seorang warga bernama Michael Thompson mengatakan ia melihat mayat-mayat bergelimpangan di jalanan dekat gedung itu kedutaan tersebut. Dikatakan Thompson pula, gempa juga merobohkan sedikitnya dua jembatan dan merobohkan bangunan lain. Ia juga mengatakan gempa telah memutus sebagian besar jaringan sinyal seluler di negara itu. ”Saat ini dukungan yang kami perlukan dari internasional adalah evakuasi medis dan penyelamatan dari orang-orang yang dapat beroperasi dalam gempa bumi,” katanya.

Akibat gempa tersebut, Kedutaan AS di Papua Nugini menyatakan kedutaan mereka di Port Vila akan tutup hingga waktu yang belum ditentukan. Namun pihak kedutaan tersebut belum mengkonfirmasi adanya korban dari staf kedutaan. ”Pikiran kami bersama semua orang yang terkena dampak gempa ini,” demikian pernyataan pihak Kantor Kedubes AS.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan pihaknya siap membantu penyelamatan korban, termasuk upaya pemulihan pasca gempa. Menurut Penny Wong, Vanuatu adalah bagian dari keluarga dekat Australia. ”Vanuatu adalah keluarga dan kami akan selalu ada di sana pada saat dibutuhkan,” ujarnya.

Hingga Rabu siang (18/12) dilaporkan korban tewas sebanyak 14 orang dengan korban luka sekitar 200 orang. Sementara bangunan di negara itu sebagian besar mengalami kerusakan. Namun masih banyak penduduk yang masih terjebak di balik reruntuhan akibat bangunan yang rubuh.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban tewas atau luka akibat gempa di Vanuatu pada Selasa siang (17/12) waktu setempat.

Hal tersebut disampaikan Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu RI Judha Nugraha yang mengatakan hingga 24 jam setelah gempa pihaknya belum menerima informasi adanya WNI yang menjadi korban. Tercatat ada 48 WNI yang sebagian besar bekerja sebagai awak kapal berada di negara kepulauan berpenduduk 320 ribu orang dan berada di Oseania itu.

Artikel ini ditulis oleh:
Indra Bonaparte

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain