Sistem seperti ini hanya menguntungkan sebagain orang saja. Bahkan, dari laporan yang dia terima dari pejabat pemerintah lain, kartel bawang itu ternyata untungnya itu sampai Rp10 triliun lebih.
“Modusnya, mereka itu saat petani panen, dibanyak-banyakin impor. Ajhirnya harga anjlok dan petani malas untuk tanam bawang. Kalau harga turun dan ga laku pas tidak panen harga dinaikin lagi,” kecam dia.
Sama juga dengan daging. Saat ini harganya 200persen lebih mahal dari Australia dan AS. Lagi-lagi pemainnya juga cuma enam saja dan untungnya bisa puluhan triliun rupiah.
“Lah kenapa masih terus terjadi. Karena bisa jadi ada kongkalikong dengan pejabat. Kalau mereka menyogok Rp2 triliun saja masih murah. Jadi ini sistem tak benar harus diubh dari sistem kuota ke sistem tarif,” kata dia.
Jika dengan sistem impor, siapa pun boleh melakukan impor asal bayar pajak dengan benar. “Otomatis semua harga akan turun. Efeknya akan sangat tinggi ibu-ibu golongan menengah yang biasanya sehari belanja Rp 200 ribu bisa jadi Rp150 ribu,” tegas dia.
Dia sendiri mendengar kabar, bahwa Jokowi sendiri sebenarnya sudah mau menggunakan sistem importasi nerdasarkan tarif seperti yang dia usulkan sejak lama.
“Tapi sayangnya, di tingkatan menterinya tak ada yang mau mengerjakannya. Ini ada apa?” kecamnya.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby