Indonesia Eximbank
Indonesia Eximbank

Jakarta, Aktual.com – Di tahun 2017 ini, Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menargetkan untuk membuka banyak pasar baru guna menggenjot ekspor seperti yang diinginkan pemerintah.

Untuk mendukung pembiayaan itu, di tahun ini perseroan menargetkan sumber dana mencapai Rp88,43 triliun yang terdiri dari pinjaman sebesar Rp43,63 triliun dan efek-efek yang diterbitkan mencapai Rp44,8 triliun.

“Dan untuk memperkuat struktur permodalan dan pelaksanaan NIA (penugasan khusus), ekuitas Eximbank diproyeksikan akan mencapai Rp21,99 triliun,” jelas dia, Plt Direktur Pelaksana Eximbank, Susiwijono Moegiarso, di kantornya, di Jakarta, Rabu (15/3).

Dengan pembiayaan itu, kata dia, pihaknya akan fokus menerapkan strategi bisnis di 2017 dalam rangka menggenjot ekspor itu.

“Ada lima strategi kita yaitu, pengembangan sektor dan komoditas ekspor unggulan, penetrasi pasar non tradisional, pemberdayaan ekspor UKME (UKM berbasis ekspor), optimalisasi NIA, dan mendorong pengembangan skema pembiayaan syariah,” jelas Susiwijono.

Untuk yang pertama, kata dia, Eximbank fokus untuk mendorong produk seperti CPO, tekstil dan produk tekstil (TPT), juga produk alas kaki. Selain itu, produk komoditi agrikultur, konstruksi, dan pengangkutan juga bakal digenjot.

“Kedua, melakukan perluasan pasar ekspor secara konkret itu terutama untuk negara-negara seperti Asia Selatan, Bangladesh dan Pakistan cukup prospektif. Juga ke Timur Tengah dan Afrika. Itu pasar-pasar yang dilihat dari bank komersial tak berani untuk biayai tapi kita ke sana,” jelasnya.

Sementara untuk target pembiayaan UKM berbasis ekspor, pihaknya menargetkan akan terjadi pertumbuhan mencapai 41 persen. “Makanya kita akan kucurkan pembiayaan capai Rp200 miliar dari biasanya Rp50 miliar. Karena kita harap UKME kita bisa bersaing dengan UKM Thailand dan negara lain,” jelas dia.

Keempat, terkait dengan optimalisasi NIA, pihaknya akan membiayai beberapa BUMN seperti PT INKA, PTDI, PAL, dan lainnya. Sebab pasar BUMN tersebut sangat luas terutama di Asia Selatan dan Afrika.

“Pembiayaan sektor ini, dianggap pihak perbankan juga non bankable tapi bagi kita itu sangat feasible,” ucap Susiwijono.

Dan kelima, dengan mendorong skema pembiayaan syariah. Menurut dia, langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus mengembangkan sektor keuangan syariah.

(ADV)***

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan