Sebuah kapal barang bermuatan peti kemas bersandar di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) untuk melakukan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (24/6). Setelah adanya peluasan lahan peti kemas dan beroperasinya dua alat 'container crane' baru kapasitas bongkar muat di TPKS Semarang mencapai 800.000 TEUs peti kemas per tahun (data PT Pelabuhan Indonesia III), sementara saat ini yang dimanfaatkan baru mencapai sekitar 600.000 TEUs per tahun sehingga masih potensial dimaksimalkan untuk mendukung ekspor impor di Jateng dan Daerah Itimewa Yogyakarta (DIY). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita serius membuka pasar baru di negara-negara berkembang yang memiliki penduduk besar.  Sehingga laju ekpsor pemerintah, tak lagi bergantung kepada negara-negara maju yang selama ini menjadi andalan ekspor.

“Saya ingatkan ke semua menteri, meskipun permintaan perdagangan untuk ekspor baru menurun, tapi masih banyak negara yang bisa dijadikan tujuan utama bagi ekspor kita,” cetus Jokowi di Jakarta, Kamis (24/11).

Pasalnya, kata dia, selama berpuluh-puluh tahun ini, pemerintah tidak melirik terutama negara-negara yang memiliki penduduk lebih dari 70-80 juta.

“Negara-negara seperti India, Srilangka, Bangladesh, Aljazair, Nigeria, selama ini enggak pernah kita seriusi. Dan masih banyak lagi. Karena kita selalu masuk ke pasar tradisional kita baik Eropa, AS, atau China. Dan terus itu-itu saja,” tandas dia.

Makanya, kata dia, menteri-menteri terkait harus punya terobosan dalam mengambangkan pasar baru. Karena masalah pasar itu sangat penting sekali. Untuk itu, negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa, atau CEPA antara Indonesia-Australia agar terus dikembangkan.

“Agar, kita bisa masuk ke pasar-pasar yang tadi saya sebutkan itu. Dan produk-produk yang bisa masuk kesana adalah produk UMKM kita, yang nggak pernah kita lihat,” ucap Jokowi.

Menurutnya, semakin banyak negara tujuan pasar yang bisa dibuka, berarti akan semakin aman perekonomian Indonesia. “Ibaratnya, kita tidak menempatkan telur dalam satu keranjang tertentu saja. Makanya, kalau masuk ke negara produk kita harus bisa bersaing dengan produk dari negara lain,” jelasnya.

Jokowi mencontohkan produk kayu yang berpotensi untuk dikespor. Karena kayu dalam negeri sudah memiliki lisensi. “Kita adalah negara pertama yang memiliki itu (lisensi kayu) dan diakui. kemana-mana sudah dicek, ini sangat mudah dan negara lain belum punya, kita sudah miliki lisensi itu,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka