Artis Aura Kasih bersama model Grand Finalis Popular 2016 memperhatikan layar monitor pergerakan saham saat Pembukaan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/11). Kegiatan tersebut dalam rangka simulasi belajar perdagangan saham untuk kalangan artis dan model. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Tiga perusahaan yang termasuk Self Regulatory Organizations (SRO) yaitu PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI ), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI ) bersepakat untuk membentuk PT Pendanaan Efek Indonesia.

Langkah ini dibentuk salah satunya untuk membiayai pendanaan bagi para perusahaan efek atau sekuritas dalam melakukan penjaminan emisi dalam rangka proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

“Jadi kalau dulu (perusahaan efek) agak lambat untuk mencari sumber pendanaan dalam rangka proses IPO. Nah sekarang (dengan perusahaan baru) sudah ada. Jadi kita harapkan bisa mempercepat (proses IPO) dan perusahaan efek lebih agresif,” tandas Direktur Utama KPEI, Hasan Fawzi, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (27/12).

Menurut dia, dibentuknya perusahaan baru ini, secara luas sebagai pendanaan untuk pasar modal, tapi lebih terfokus untuk lima hal pendanaan. Selain untuk mempercepat proses IPO juga untuk pendanaan empat lainnya.

Pertama, untuk trasaksi marjin. Dalam hal ini ada dua, baik itu sebagai margin buying dan lainnya sebagai magrin selling. Kedua, untuk transaksi repo saham.

Ketiga, utk pinjaman permodaan bagi perusahaan efek dalam rangka memperkuat kegiatannya. Dan keempat terkait kegiatan lainnya sepanjang memenuhi persyaratan di pasar modal.

Bagi Hasan, dalam hal proses IPO ini, memang yangbpaking intensif adalah dari sisi calon emitennya tersebut. Akan tetapi, dari sisi perusahaan efek yang sebagai penjamin emisi jugs harus menyiapkan pendanaannya.

“Sehingga yang semula mikir-mikir karena keterbatasan dana menjadi semakin agresif dengan adanya pendanaan dari lembaga baru ini,” tutur dia.

Pihak SRO sendiri menargetkan awal semester II-2017 nanti perusahaan pendanaan efek ini akan berjalan efektif.

“Kami harapkan di semester kedua semuanya sudah rampung dan di kuartal I-2017 semua aturan dari OJK bakal selesai,” tutur dia.

Di tempat yang sama, Direktur Utama BEI, Tito Sulistio menegaskan, untuk tahap awal modal disetor perusahaan baru ini sebesar Rp250 miliar. Dengan komposisi 34% dimiliki BEI, 33% dimiliki KSEI dan 33% KPEI.

“BEI punya satu saham golden share dengan hak menentukan Direksi dan komisaris PT Pendanaan Efek Indonesia,” terang Tito.

Ke depan, lanjutnya, modal tersebut akan ditingkatkan menjadi Rp1 triliun dengan mengandeng pihak ketiga seperti perbankan dan penerbitan obligasi, sehingga pada tahap awal kemampuan pembiayaan PEI akan mencapai Rp1,5 triliun.

Terkait IPO, pihak BEI sendiri menargetkan tahun depan ada 35 emiten baru. Target tersebut sebenarnya juga dicanangkan di tahun ini, namun gara-gara perlambatan ekonomi yang tercapai hanya sedikit, 50 persen lebih.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka