“Kami pun akan kembangkan suatu pembinaan pada startup-startup mahasiswa untuk diberikan binaan. Apalagi kami akan bekerjasama dengan plug and play yang ada di Amerika Serikat,” ujar Maryono.
Maryono berujar, kewirausahaan dapat menjawab peluang bisnis yang masih besar di Indonesia. Di sektor properti misalnya, angka kebutuhan rumah pun tercatat naik 800.000 unit setiap tahun.
Namun, jumlah ketersediaan rumah baru berkisar 250.000-400.000 unit per tahun. Angka backlog perumahan dari MBR unbankable pun mencapai 6 juta kepala keluarga di seluruh Indonesia.
Untuk menggarap berbagai potensi tersebut, beberapa langkah yang dilakukan perseroan antara lain dengan mengembangkan sisi akademik melalui program vokasi, riset house price index (HPI) serta kajian supply-demand, hingga short course Mini MBA yang menciptakan pengembang handal.
Maryono menjelaskan perseroan pun telah menggelar Edukasi Literasi Properti di 27 Universitas pada 25 kota berbeda di Indonesia. Bank BTN, sebutnya, juga telah mencetak lebih dari 1.000 calon pengembang perumahan melalui lembaga Housing Finance Center (HFC).
Sementara itu, hingga kini, Bank BTN telah lama gandeng Universitas Mulawarman. Seperti dengan membuka kantor kas, giro, kerja sama program pengembangan operasional, pembayaran SPP secara host-to-host, hingga penyaluran beasiswa dalam 10 tahun ini.
Bank BTN juga menyalurkan kredit bagi dosen maupun karyawan universitas ini. Melalui kemitraan tersebut, BBTN telah memberikan berbagai layanan jasa keuangan lainnya bagi seluruh akademisi di universitas terbesar di Kalimantan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara