Jakarta, Aktual.com — Kanker bola mata (atau retinoblastoma) adalah adalah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang anak di Indonesia. Di antara banyak jenis kanker anak, kanker ini adalah satu-satunya yang dapat dicegah dengan deteksi dini dengan alat yang disebut ‘Ophtalmoscope’.
Yayasan Anyo Indonesia (YAI) memiliki inisiatif untuk mengibahkan alat tersebut ke Puskesmas di seluruh Indonesia melalui Gerakan 1000 Ophtalmoscope, melalui kegiatan lari amal yang akan dilakukan pada tanggal 14 Februari 2016.
“Tahun lalu, kita membuat gerakan tersebut karena kita ingin lebih spesifik dengan masalah retinoblastoma, yaitu kanker bola mata yang bisa dideteksi sejak anak usia balita. Kanker ini penting kita sosialisasikan dan bantu karena jenis kanker ini kedua paling banyak diderita selain kanker leukimia. Dengan deteksi kanker ini lebih awal, diharapkan akan banyak anak yang diselamatkan dan tidak perlu kehilangan mata mereka,” terang Ketua YAI, Pinta Manullang-Panggabean, di The Flavor Bliss Alam Sutera, Tangerang, Rabu (3/2).
Untuk memperingati Hari Kanker Anak Sedunia pada 15 Februari mendatang, YAI mengangkat tema kanker anak secara umum. Tujuan utama dari peringatan tahun ini yang dilakukan dengan kegiatan ‘Anyo Charity Run & Festival 2016’ adalah meningkatkan kesadaran dan meluruskan informasi dan fakta yang salah mengenai kanker anak. Adapun penggalangan dana nanti akan ditujukan untuk membiayai program penyediaan rumah singgah bagi pasien kanker anak dan keluarganya serta menghibahkan ophtalmoscope ke ribuan Puskesmas.
“Anak dengan kanker anak mungkin hanya 2-3 persen dari seluruh pasien kanker di Indonesia. Walaupun jumlahnya tidak banyak, tapi mereka tetap harus diselamatkan. Walaupun mereka sudah mengalami kanker stadium lanjut, kita harus terus beri dukungan agar hidup mereka berkualitas,” papar Pinta Manullang menambahkan.
“Kurang lebih ada 4100 kasus kanker baru yang menyerang anak-anak khususnya Indonesia akan tetapi itu baru jumlah yang tercatat di kementerian Kesehatan belum lagi yang yang belum tercatat atau belum diketahui. Hal itu karena ketidaktahuan orang tua mengenai gejala awal kenker pada anak. Mereka memang membawanya ke rumah sakit-ankan tetapi dalam keadaan terlambat mengobatinya, keterlambatan dalam pengobatan itu lah yang membuat kecil kesempatan anak untuk sembuh dan terbebas dari kanker,” jelas Dr Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA, Konsultan Kanker Anak dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, kepada Aktual.com, Rabu (03/02), di Jakarta.
“Ada satu hal yang harus kita ketahui saat ini yaitu, sewaktu saya belajar di Belanda orang yang terkena penyakit kanker tidak ada yang sampai stadium empat di sana hanya sampai stadium 1 saja, sangat jauh berbeda di Indonesia yang mana ada seorang yang terkena penyakit kanker sampai stadium 4,” demikian kata Dr. Edi Setiawan.
“Dan lagi selama ini yang terjadi bagi seorang yang terkena penyakit kanker pasti hanya penyakitnya yang disembuhkan, seharusnya ada tiga yang harus diselamatkan yaitu nyawanya, tubuhnya, mentalnya. Oleh karena itu saat ini kita akan mencoba untuk menyelamatkan tiga hal tersebut jadi bukan hanya penyakitnya saja yang sembuh akan tetapi bagaimana caranya dia sembuh penyakitnya, selamat nyawanya, dan selamat pula tubuhnya tanpa ada yang dihilangkan,” sambung dokter Edi menambahkan.
Untuk diketahui, saat ini kurang lebih ada 4.100 kasus kanker baru yang menyerang anak-anak khususnya Indonesia akan tetapi itu baru jumlah yang tercatat di Kementerian Kesehatan belum lagi yang yang belum tercatat atau belum diketahui. Hal itu karena ketidaktahuan orang tua mengenai gejala awal kanker pada anak.
Artikel ini ditulis oleh: