Ucok merupakan Koordinator Lapangan (Korlap) dalam unjuk rasa yang telah disebutkan di atas. Sama halnya dengan Agus Lenon, ia pun pernah mendukung Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2014 silam.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari beberapa kalangan, pendiri Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) ini merupakan salah satu orang pertama yang mendukung Jokowi untuk nyapres empat tahun lalu.
“Gue pendiri Bara JP melalui kongres relawan Jokowi sedunia di Bandung, Juni 2013. Terus gue pernah bertugas di rumah transisi Jokowi-JK sebagai Deputi Kesra, yang menangani kelautan, kehutanan sama pertanian,” sebut Ucok.
Sama halnya dengan Agus Lenon, Ucok pun sangat menyesalkan banyaknya janji Jokowi yang belum terpenuhi. Menurutnya, janji-janji Jokowi adalah hutang yang harus dibayarkan kepada masyarakat Indonesia.
Berdasarkan penelusuran Aktual, setidaknya 66 janji manis yang dilontarkan Jokowi selama masa kampanye Pilpres 2014 silam.
Ucok pun membeberkan sejumlah janji yang gagal ditepati oleh Jokowi, di antaranya adalah tetap membuka keran impor komoditi pangan seperti beras dan daging, utang yang makin menumpuk dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5%.
“Kalau jokowi enggak bisa memenuhi janjinya, dia jangan nyalon lagi jadi Presiden di 2019. Janji dia sendiri enggak ditepatin, apalagi yang lain?” ujar Ucok.
Ucok mengungkapkan, dalam program yang dirancang di dalam rumah transisi Jokowi-JK, memang tidak diadakan program menteri, melainkan hanya ada program Presiden saja. Ia menyatakan, menteri-menteri yang ada di dalam Kabinet Kerja hanya diposisikan sebagai pelaksana saja.
Dalam praktiknya, lanjutnya, Jokowi hanya mengambil alih tugas dan pekerjaan menteri atau bahkan pejabat yang levelnya di bawah menteri. Dengan demikian, Ucok menegaskan jika sejatinya semua tindakan atau dinas kerja Jokowi yang selama ini menghiasi media massa hanyalah sebuah pencitraan belaka.
“Pencitraan itu, karena Jokowi memang enggak ada kerjanya. Jadi kerjaan menteri diambil sama dia, kerjaan lurah diambil sama dia, lalu kerjaan dia apa?” paparnya.
Selain 66 janji yang belum dipenuhi Jokowi, Ucok juga menekankan pada 245 program infrastruktur Jokowi. Dari ratusan proyek infrastruktur yang diklaim sebagai program andalan pemerintah itu, hanya beberapa yang sudah terlaksana.
“Selama ini Jokowi kita lihat pencitraan aja, enggak ada dia kerjanya. Pakai kaos lah, pakai sandal jepit lah, masuk ke got lah,” imbuh Ucok.
Kondisi ini menyimpulkan bahwa program pemerintah hanyalah sebuah akal muslihat atau tipu-tipu saja. Ucok pun mengaku khilaf karena telah mendukung Jokowi lantaran adanya program Nawacita dan konsep Trisakti yang dijadikan slogan.
“Nawacita itu omong kosong, di mana Nawacita dan Trisakti kalau dia bergantung pada bantuan asing? Dari 245 program infrastruktur Jokowi, itu hanya beberapa yang selesai. Selama 4 tahun lho ya, jangan main-main,” tandasnya.
Hal tersebut pun diamini oleh anggota Komisi V DPR RI, Nizar Zahro. Ketika dihubungi Aktual, Nizar mengakui jika program Nawacita memang telah gagal total.
Berdasarkan catatannya, dari 245 program infrastruktur, baru 20 yang sudah terlaksana.
“Bayangkan dari 245 proyek nasional itu, hanya 20 proyek yang jalan dari 245 yang diberi legalitas dengan Perpres,” jelasnya kepada Aktual, Kamis (22/3).
“Tidak mencapai 10% kan. Itu sudah gagal,” imbuh politisi Gerindra ini.
Hal lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah makin meroketnya posisi utang Indonesia. Per Februari 2018, utang Indonesia memiliki utang sebesar Rp 4.100 triliun dengan tempo bayar 10 tahun.
Menurut Nizar, catatan utang ini sangat berlawanan dengan konsep Trisakti yang digembar-gemborkan Jokowi pada 2014 silam.
“Itu saja menandakan, untuk menjalankan APBN ini pemerintahan Jokowi selalu mengandalkan utang, baik untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur atau memenuhi gaji pegawai, dsb,” jelasnya.
Masih dari kubu non koalisi, Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB), Afrianysah Noor pun mengemukakan hal serupa. Dengan keras, ia menyebut program Nawacita sebagai program tipu-tipu saja.
“Mau meningkatkan kekuatan nasional tapi membangun dengan utang. (Bukannya) Menyiapkan lapangan kerja malah import tenaga asing,” ucapnya saat dihubungi Aktual.
“Tampang sederhana enggak jaminan. Joko Widodo ini memang orangnya supel cuma pencitraan saja,” imbuhnya.
Hal ini disebutnya menjadi alasan yang sangat logis bagi para sejumlah aktivis untuk meninggalkan Jokowi. Bagi pria yang akrab disapa Feri ini, sejumlah aktivis ini masih memiliki sikap yang tegas terkait kondisi masyrakat yang semakin susah.
“Sangat wajar dan mereka masih punya nurani ketimbang yang kejar jabatan. Yang sudah menduduki posisi memang mikir perut saja,” kata pria yang akrab disapa Feri ini.
Tidak hanya oleh oposisi, banyaknya janji Jokowi yang belum terpenuhi selama empat tahun pemerintahannya pun diakui oleh orang-orang yang berada di lingkungan pendukungnya.
Ketua Umum Badan Relawan Nusantara, Edysa Girsang pun menyatakan jika pemerintah Jokowi-JK memang sangat jauh dari konsep Trisakti yang dilontarkan oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno.
Meskipun sempat menjadi salah satu kelompok relawan pendukung Jokowi, Eky enggan menutup mata atas realitas yang ada.
“Kita ini elemen waras, bukan elemen pemuja dewa. Kita akan melihat itu secara obyektif, karena amanat rakyat itu yang paling penting, bukan kekuasaan semata,” ucap Eky.
Badan Relawan Nusantara sendiri diakui pria yang biasa dipanggil Eky ini, belum memutuskan untuk mundur sebagai pendukung Jokowi.
“Saya ini masih kader dari partai pendukung Jokowi, tapi saya juga enggak bisa menutup mata kalau saya lahir sebagai akivis, bukan dari pengusaha atau pejabat. Itu komitmen pribadi,” jelas Eky terkait posisinya.
Sementara itu. Politikus Golkar, Idrus Marham pun menyatakan hal yang sama. Idrus mengaku jika memang banyak janji Jokowi yang belum terlaksana hingga kini.
“Keberhasilan dari pembangunan yang dimotori Pak Jokowi memang sepenuhnya belum tercapai. Kita jujur, belum semua,” ucap Menteri Sosial ini.
Jokowi Lebih Rangkul Partai?
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan