Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut sebagai pemimpin yang kurang lengkap. Dari sisi teori kepemimpinan banyak unsur-unsur kepemimpinan yang tak dimilikinya.

Sebagai contoh dari sisi leadership motivation. Dalam hal ini harus ada keinginan yang kuat untuk mengarahkan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.

“Namun faktanya tidak berhasil. Jokowi tidak memiliki leadership motivation. Kegagalan ini terlihat dari capaian penerapan APBN masih tidak optimal. Para bawahan (menteri) tidak satu tujuan dalam memperjuangkan Trisakti dan Nawacita,” jelas Waketum Gerindra, Arief Poyuono dalam keterangan yang diterima, Minggu (24/7).

Juga dari aspek honesty and integrity, adanya kepercayaan dari bawahan, konsisten serta adanya keterbukaan. Namun yang terjadi, belum adanya trust kepada Presiden dari para menterinya.

“Karena di luar itu, para bawahan banyak menggunjingkan akan miskinnya kepemimpinan Jokowi,” ungkap dia.

Dari sisi self-confidence, yaitu adanya rasa percaya diri dan kemampuan diri. Dari sisi confidence dirinya memang tinggi. Tapi sayangnya, kemampuannya belum sama tingginya dengan kemampuan dirinya.

Sedang sari sisi cognitive ability yaitu soal kemampuan dalam pengambilan keputusan, kemampuan analitis serta kemampuan konsepsi yang kuat. Cuma yang terjadi, kepemimpinan itu sangat miskin dalam pengambilan keputusan.

“Karena bawahan banyak yang tidak memberikan masukan secara lengkap. Jadi dalam analisanya sangat lemah yang dimiliki Jokowi dalam membuat keputusan,” ungkap dia.

Dari sisi knowledge of business, yaitu terkait pengetahuan yang luas terhadap dimensi teknis dan organisasi, terutama negara sangat rendah. Mungkin dari sisi tata kelola bisnis mebel jago, tapi tidak dalam mengelola negara.

“Masih banyak belajar dalam memimpin negara. Terutama dalam menghadapi oligarki penjahat ekonomi dan politik. Jokowi tidak punya know how untuk menghadapi mereka,” tanfas Arief.

Dan dari sisi emotional maturity, yaitu untuk mempunyai tingkat emosional yang tinggi, sehingga tidak terpengaruh oleh tekanan psikologis juga masih lemah.

Kata Arief, emosi kedewasaannya masih lemah dan gampang dipengaruhi para pembisiknya yang punya kepentingan kelompoknya dan pribadi.

“Jadi, Jokowi harus hati-hati banyak jebakan batman dari para pembisiknya Presiden. Jika susah untuk memiliki karakter itu, maka akan susah akan memperbaiki negara,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan