Haiti, Aktual.com – Hanya gara-gara mendengar bisikan seseorang yang mengatakan anaknya yang sakit lantaran disantet. Ketua genk di Haiti bersama gerombolannya membantai hampir 200 orang penganut ilmu voodoo di Haiti.

Pembantaian terjadi di pinggiran ibukota Haiti Port-au-Prince itu dilakukan sejak hari Jumat (6/12) hingga keesokan harinya. Pemerintah Haiti sendiri mengutuk pembantaian itu sebagai kekejaman yang tak tertahankan. Perdana Menteri Haiti Alix Didier Fils-Aime mengatakan pembantaian itu adalah tindakan biadab. ”Kekejaman yang tak tertahankan, dan kejahatan mengerikan ini merupakan serangan langsung terhadap kemanusiaan,” katanya seperti dikutip dari CNN.

Menurutnya, pemerintah akan mengambil langkah serius untuk membasmi para gangster. ”Garis merah telah dilanggar. Kami akan memobilisasi semua pasukan untuk melacak dan memusnahkan mereka yang bertanggung jawab, termasuk pemimpin geng Wharf Jeremie atas ama Monel Mikano Felix,” kata Kantor PM Haiti seperti dikutip Reuters.

Sementara Organisasi sipil Komite Perdamaian dan Pembangunan (CPD) Haiti mengatakan pembantaian diduga karena pemimpin geng kuat meyakini penyakit yang diderita putranya disebabkan para pengikut Voodoo. Disebutkan pula, para penganut voodoo yang tewas sedikitnya 184 orang, termasuk 127 pria dan wanita lanjut usia, termasuk ibu yang sedang hamil. CPD juga menyebutkan, pembantaian terjadi di wilayah pesisir barat ibu kota, Cite Soleil. ”Ia memutuskan untuk menghukum dengan kejam semua orang tua dan praktisi voodoo yang,” kata organisasi tersebut.

CPD juga mengungkapkan, setelah gerombolan genk mengidentifikasi dan memetakan seluruh sasaran, maka tim penculik ditugaskan membawa target mereka ke markas genk tersebut untuk dieksekusi. ”Sumber terpercaya kami melaporkan bahwa lebih dari seratus orang dibantai, tubuh mereka dimutilasi dan dibakar di jalanan,” ungkap CPD.

CPD juga menyebutkan, jumlah korban tewas bisa lebih tinggi dari data yang ada. Menurutnya, dari keterangan sejumlah saksi mata yang mengatakan bahwa mayat-mayat yang dimutilasi dibakar di jalan-jalan, termasuk beberapa orang muda yang tewas saat mencoba menyelamatkan korban.
Dilaporkan CPD pula, sedikitnya 60-an orang dibunuh sepanjang Jumat malam (6/12) dan 120-orang lainnya dibantai sepanjang Jumat dini hari hingga sepanjang hari Sabtu (7/12).

”Felix dari Wharf Jeremie memerintahkan kekerasan tersebut setelah anaknya jatuh sakit, dan setelah meminta nasihat dari seorang pendeta voodoo yang menuduh orang-orang tua di daerah tersebut menyakiti anak tersebut melalui ilmu santet. Kelompok tersebut mengatakan anak Felix telah meninggal pada Sabtu sore,” ungkap CPD.

Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya seperti dikutip dari AFP pada Senin (10/12) mengatakan kalau gerombolan genk membakar jasad ayahnya yang sudah berusia 76 tahun. Dilaporkan pula, warga setempat melihat mayat-mayat yang dimutilasi dibakar di jalan-jalan. RNDDH memperkirakan

Sedangkan salah seorang pelaku Fritznel Pierre mengatakan kepada Radio Magik9 dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa dia dan gerombolannya memburu orang tua dan pengikut voodoo yang tinggal di bagian Wharf Jeremie di Cite Soleil antara Jumat malam dan Sabtu.

Untuk diketahui, saat ini geng-geng diperkirakan menguasai 85 persen wilayah Port-au-Prince, dan semakin merambah daerah pedesaan. Ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah dan kampung mereka akibat tindak kekerasan yang dilakukan geng-geng tersebut. Menurut badan urusan migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa International Organization for Migration (IOM), lebih dari 700 ribu orang di Haiti, sebagiannya anak-anak, menjadi pengungsi di negerinya sendiri.

(Indra Bonaparte).

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain