Hanya selang dua hari jelang Pilkada serentak, Senin (25/06) Global Future Institute (GFI) menggelar diskusi terbatas seputar masa depan Indonesia di tengah konstelasi global saat ini. Abubakar Bamuzaham, bertindak sebagai pemrasaran. Hadir dalam pertemuan terbatas ini, para analis dan peneliti senior maupun beberapa pengurus inti GFI.
Menurut pengusaha muda Solo yang belakangan menekuni studi geopolitik, saat upaya berbagai kalangan kepentingan kapitalis global asing untuk memecah-belah dan mengkotak-kotakkan berbagai elemen masyarakat Indonesia semakin menguat. Baik terhadap elemen-elemen sipil maupun TNI/Polri. Yang lebih parahnya lagi, soliditas dan kekompakan umat Islam yang berasal dari berbagai mahzab dan kelompok pun jadi target untuk politik pecah belah dan pengkotak-kotakan.
“Hal ini mengingatkan saya pada skenario Balkanisasi Nusantara seperti yang pernah ditulis Hendrajit dalam buku bertajuk Tangan-Tangan Amerika,” begitu ujar Abubakar yang beberapqa tahun lalu sempat jadi jurnalis di Solo.
Indikasinya, lanjut Abubakar, adalah pecah belah persatuan negara target, dan selanjutnya kotak-kotakan semua elemen yang ada hingga menjadi kelompok kecil-kecil.
Bagi mereka (Kaum Imperialis) tantangan terberat untuk menguasai wilayah Nusantara adalah adanya Ukhuwah Islamiyyah yang telah erat terjalin di bumi Nusantara ini. Sebab dengan adanya Ukhuwah Islamiyyah maka disana masih ada benih persatuan berskala nasional yang akan melawan praktek-praktek Imperialisme mereka di bumi Nusantara.
Abubakar yang saat ini telah begabiung bersama GFI sebagai network associate, kembali merujuk pada Skenario Rand Corporation yang terungkap dalam buku Tangan-Tangan Amerika, Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia.
Skenario memecah belah Indonesia nampaknya sudah disusun sejak 1998 Oleh Rand Corporation. Rand Corporation merupakan sebuah think-thank atau badan riset dan pengembangan strategis di Amerika yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan dapat dukungan dana dari Bilderberg Group. Bilderberg ini merupakan pertemuan tahunan para pemimpin dunia baik formal maupun informal dari Amerika, Eropa Barat dan Jepang.
Bilderberg ini sejatinya sama dengan Pemerintahan Satu Dunia (One World Government). Suatu kelompok rahasia yang terdiri dari para mantan presiden maupun presiden yang masih menjabat, perdana menteri, para banker internasional, para anggota teras kerajaan, serta orang-orang yang mengelola perang maupun pasar modal dan keuangan global.
Pada 1998 Rand Corporation menyerahkan hasil studinya kepada Bill Clinton, dan merekomendasikan untuk memecah Indonesia menjadi 8 bagian, atau yang sering disebut dengan istilah Balkanisasi Nusantara.
Bagi Abubakar, yang meresahkan dari skenario Balkanisasi Nusangtara ini adalah, potensi perpecahan umat Islam sehingga Ukhuwah Islamiyah dalam bahaya. Sebab rekomendasi Rand ini sejatinya berusaha dengan berbagai cara untuk memecah belah Ukhuwah Islamiyyah yang telah ada di Nusantara ini sehingga menjadi kelompok-kelompok kecil-kecil.
Skenario mereka, pertama dengan cara memisahkan Islam dari induknya (Arab) dan seolah Islam itu produk lokal, dan hanya mengakui Islam Nusantara sebagai Islam Ideal yang patut diberi penghargaan. Adapun target lanjutannya adalah memecah belah kembali “Islam Nusantara” menjadi bagian-bagian kecil yang terdiri dari Islam Jawa, Islam Kudus, Islam Sunda dan sebagainya.
Kiranya perlu kita waspadai bersama geliat para proxy agents (tangan-tangan asing) yang bermain guna memicu pertentangan antar-warga, meniupkan isu perang sipil.
Para proxy dimaksud, biasanya — selain diperankan oleh LSM dan/atau organisasi massa (ormas) dimana sebelumnya menerima gelontoran dana asing dalam jumlah fantastis —no free lunch— sering pula melalui kompor (provokasi) media, baik media konvensional/cetak, online, terutama sekali media sosial (medsos).
Hendrajit