Jakarta, Aktual.com — Pengamat geopolitik dari  Global Future Institute menilai Menteri ESDM Sudirman Said gagal menggiring massa sesuai keinginannya dalam putaran pertama persidangan MKD. Bahkan rekaman itu mengungkap hal-hal lain yang sama pentingnya, meski tidak secara langsung terkait.

“Pertama, Kantor Kepala Staf Kepresidenan memang telah jadi “markas besar” skema nekolim digodok dan dijalankan. Dan melalui beberapa penggalan percakapan yang dilontarkan SN maupun MR, terungkap bahwa Jokowi pun tahu itu, dan menikmatinya,” ujar Hendrajit di Jakarta, Jumat (4/12).

Meskipun sebagai buntut dari terbongkarnya rekaman ini, lanjutnya, bukan tidak mungkin Jokowi akan menggusur Luhut dan kalau perlu kantor kepala staf kepresidenan itu sendiri. Hal tersebut untuk membuktikan bahwa dirinya tak ada tali temali dengan komitmen pertemuan segitiga tersebut.

“Kedua, di rekaman tersebut memang memberi gambaran yang positif tentang Jokowi, karena dalam beberapa kasus, berani menentang perintah Mega. Termasuk ketika menolak pengangkatan BG sebagai Kapolri,” tambahnya.

Namun sialnya, dari percakapan itu juga terungkap, adanya operasi politik yang melibatkan jaringan kepolisian, untuk memenangkan Jokowi di beberapa daerah penting, termasuk Papua.

“Ketiga, masih soal Luhut. Meski di situ melalui omongan SN, terkesan bahwa apa saja urusan, asalkan melalui jalur Luhut, 99 persen urusan pasti beres dan goal,” jelasnya.

Namun hal ini, menuntut penggalian dan investigasi yang lebih dalam. Karena kalau mata rantainya adalah Setyta Novanto, Luhut, Riza Chalid, berarti ada dua mata rantai lagi yang harus disambungkan. Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Pertambangan dan Energi era Megawati, dan Megawati sebagai representasi blok Teuku Umar.

Menurut Hendrajit, adanya pembicaaran agar Jokowi diberi saham11 persen, dan 9 persen untuk JK supaya tidak ribut, harus ditelisik asal-usulnya gagasan ini muncul. Apa sekadar ide gila dari SN dan MR, atau justru keduanya menggagas itu kepada MS selalu wakil Freeport, mewakili kepentingan kekuatan-kekuatan besar di belakangnya.

“Sebab sebejat-bejatnya SN dan MR, tetap saja derajat dan kelas kedua orang ini adalah Broker dan Arranger. Atau dalam bahasa MS yang Presdir Freeport Indonesia itu yang diucapkan berulang kali. The Lobbies,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka