Para supir angkutan umum melakukan sweeping terhadap ojek online di Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (22/3/2016). Tak hanya berdemo, massa juga melakukan sweeping terhadap sejumlah angkutan lain yang diketahui masih beroperasi dan massa juga menghentikan sejumlah bajaj maupun taksi yang ketahuan masih beroperasi, mereka juga memaksa penumpangnya turun.

Jakarta, Aktual.com – Para pengojek pangkalan di Semarang, seperti yang biasa mangkal di Stasiun Poncol Semarang, meminta tarif ojek ‘online’ disamakan karena akan merugikan para pengojek konvensional.

“Harapan kami, ya, dihilangkan ojek ‘online’. Namun, kalau tetap dipertahankan, tarifnya disamakan dengan kami,” kata Saidi (50), pengojek pangkalan di Stasiun Poncol, Semarang, Sabtu (25/3).

Diakuinya, kehadiran ojek ‘online’ belakangan ini yang kian marak membuat pengojek pangkalan kesulitan mencari penumpang karena kalah saingan dengan mereka yang mematok tarif yang kelewat murah.

Dalam sehari, kata dia, biasanya dahulu bisa mengantongi sekitar Rp150 ribu per hari. Akan tetapi, sejak maraknya ojek ‘online’ membuat pendapatannya turun drastis menjadi sekitar Rp50 ribu sampai Rp60 ribu/hari.

“Tiap hari, dahulu saya bisalah kalau dapat Rp150 ribu. Sekarang, paling-paling Rp50 ribu s.d. Rp60 ribu/hari,” kata pria yang sudah 1,5 tahun menekuni pekerjaan ojek di pangkalan tersebut.

Ia menyebutkan anggota paguyuban ojek pangkalan Stasiun Poncol dan Stasiun Tawang ada sekitar 40 orang yang jelas tidak sebanding dengan ojek “online” di Semarang jumlahnya mencapai ribuan.

“Maunya kami, ya, dibatasi jumlah ojek ‘online’. Jangan nambah terus. Kasihan temen-temen di sini. Sudah ada yang 25 tahun jadi tukang ojek di pangkalan Stasiun Poncol dan Tawang,” pungkas Saidi.

Pemerintah Kota Semarang berencana mengatur operasional ojek “online”, termasuk pembatasan jumlah karena angkutan sepeda motor roda dua selama ini belum diatur dalam regulasi yang ada.

Menanggapi itu, pengemudi ojek “online” di Semarang menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah untuk mengatur keberadaan mereka, asalkan mata pencaharian mereka mengojek “online” jangan dihilangkan.

“Kami sebenarnya tidak mangkal di sini karena ordernya dari aplikasi. Cuma, saat jam-jam bongkaran kereta api banyak temen yang berkumpul di sini,” kata Mujianto, pengojek ‘online’ yang biasa mangkal di Stasiun Poncol, Semarang.

Beberapa waktu lalu, diakuinya sempat ada ketegangan antara mereka dan pelaku transportasi konvensional, seperti taksi dan ojek pangkalan, tetapi sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Tidak ada masalah, kok, sudah dimediasi sama Pak Kapolrestabes Semarang untuk titik kumpul. Jadi, titik kumpul ojek ‘online’ disepakati 100 meter dari Stasiun Poncol. Namun, untuk Stasiun Tawang tidak ada masalah,” katanya.

Titik kumpul itu, kata pria yang sudah setahun mengojek ‘online’ itu, untuk penjemputan calon penumpang karena tidak diperbolehkan di depan Stasiun Poncol. Namun, untuk penurunan penumpang dipersilakan di mana saja.

“Kami sepakat, tidak ada masalah. Kalaupun tarif mau dinaikkan dari Rp2.000,00 per kilometer, kami juga tidak keberatan. Katanya mau dikurangi jumlahnya juga. Namun, jangan banyak-banyak. Kasihan teman-teman,” katanya. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh: