Gorontalo, aktual.com – Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) menggarap pembuatan film perjuangan kemerdekaan dengan judul “Berkibarlah Benderaku”, yang saat ini sudah memasuki tahap awal syuting.

Ketua DPP GPPMP Jeffry Rawis, Selasa (3/12), mengatakan, konsep film perjuangan ini mengangkat tema aksi heroik pejuang-pejuang di Sulawesi Utara pada 14 Februari 1946, untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

“Di Sulut di kenal dengan peristiwa heroik Merah Putih 1946, di mana pejuang-pejuang dulu mampu mempertahankan bendera merah putih. Ini kami angkat aksi heroiknya dalam film perjuangan,” kata Rawis yang juga mantan anggota DPRD Sulut ini.

Untuk mendapatkan gambar-gambar film yang mendekati fakta lapangan, kru film dan para pemeran melakukan syuting di tiga lokasi, sudah dimulai pada Minggu (1/12).

Lokasi di kawasan hutan Desa Cimangir dan di Ciseeng Gunung Sindur, lalu ada lokasi syuting di rumah Prof Wisye Gandhi Lapian (putri pahlawan nasional BW Lapian) serta rumah Ketua Dewan Pembina DPP GPPMP, Capt Albert Lapian.

Pria yang aktif sebagai jurnalis ini tidak menyebut siapa-siapa pemeran dalam film ini, namun baik GPPMP, kru film dan para pemeran sudah melakukan pertemuan akhir di Kompleks Villa 2000 Pamulang, Tangerang Selatan, untuk kesiapan syuting.

Trailer film ini nantinya menjadi bahan sosialisasi kepada generasi muda di Indonesia dan Sulut pada khususnya, bahwa 14 Februari merupakan momentum bersejarah yang tidak bisa dilupakan.

“Kami belum berpikir bahwa film ini komersialisasi, tetapi intinya sejarah yang harus ditanamkan ke generasi muda. Era disrupsi saat ini memiliki tantangan penting terkait mengangkat sejarah, jangan sampai hilang dalam ingatan kita,” tambahnya.

Salah satu warga Manado, Noldy, memberi apresiasi dengan diangkatnya film tentang aksi heroik Merah Putih di Sulut, karena banyak generasi muda tidak tahu kondisinya.

“Setahu saya, generasi muda saat ini mengetahui tanggal 14 Februari dengan hari “valentine”, padahal ada momentum lebih bersejarah terjadi di Sulut,” tandasnya. [Eko Priyanto]

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin