“Semua itu tergantung ‘political will’. Regulasi yang ada (sekarang ini) tidak mendukung ke arah sana,” katanya.
Menurut dia, saat ini, pengembangan Indonesia masih tertinggal dari negara lain, padahal Indonesia mempunyai potensi besar, tetapi sedikit, yang dimanfaatkan.
Alin menuturkan, selain regulasi, ada juga permasalahan pendanaan. Di negara lain, lanjutnya, telah mempersiapkan lini dari hulu ke hilir, sehingga tidak hanya membangun pembangkit listrik, tapi juga industrinya.
Sementara itu, Kepala Analis Energi The Economist Intelligence Unit Peter Kiernan menyatakan berbagai kebijakan terkait energi terbarukan dapat dilihat dari berbagai negara seperti Eropa dan Amerika Utara.
“Target energi bersih yang dimiliki Indonesia harus ditopang oleh pelaksanaan kebijakan energi yang jelas agar bisa dicapai,” katanya.
Selain itu, diingatkan pula bahwa teknologi pembangkitan energi baru dan terbarukan (EBT) telah semakin meningkat dan efisien, sehingga membuat biaya investasi makin murah dengan biaya operasional yang juga rendah dan stabil dibandingkan pembangkitan energi fosil.
Artikel ini ditulis oleh: