Kuningan, Aktual.com – Dengan ketinggian 3.078 mdpl, gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai tetap menjadi primadona bagi para pemula ataupun para expert/ahli naik gunung.
Saat ini pendakian Gunung Ciremai dilakukan melalui 4 (empat) jalur pendakian yaitu Linggajati, Linggasana, Palutungan dan Apuy.
Tiga jalur diantaranya berada di SPTN Wilayah I Kuningan dan Satu diantaranya yaitu Jalur Pendakian Apuy berada di SPTN Wilayah II Majalengka.
Setiap jalur pendakian di Gunung Ciremai memiliki karakter sendiri dan tentu berbeda sensasinya.
Sejak tahun 2019, telah dijajaki rencana pembukaan jalur pendakian baru yang sebelumnya selalu dijadikan jalur ilegal oleh para pendaki yaitu Jalur Trisakti Sadarehe.
Untuk meminimalisir tingkat kecelakaan akibat pendakian ilegal, maka kelompok masyarakat Desa Payung, Kecamatan Raja Galuh, Kabupaten Majalengka mengajukan pengelolaan wisata pendakian di Jalur Sadarehe.
Dimulai dari identifikasi potensi wilayah, survey calon jalur pendakian, perhitungan kuota dan daya dukung, penataan basecamp dan jalur pendakian, dan terakhir pendakian Trisakti pada peringatan hari kemerdekaan RI ke-77 pada tanggal 17 Agustus 2022 yang diikuti oleh 77 orang peserta.
Pada pagi ini, Kamis (25/8), dihadiri 50 orang yang terdiri dari Pemerintah Desa Payung, MPGC Tunas Karya yang diketuai Sutari, MPA Desa Bantaragung, dan MPA Desa Padaherang menyaksikan peresmian jalur pendakian baru di SPTN Wilayah II Majalengka.
Teguh Setiawan, Kepala Balai TN Gunung Ciremai menyampaikan rasa bangga kepada kelompok masyarakat MPGC Tunas Karya yang sampai saat ini terus berupaya, bekerjasama, bergotong royong dan bahu membahu mewujudkan pengelolaan jalur pendakian.
“Saya berharap kedepan diantara anggota kelompok tidak ada selisih paham, karena biasanya kalau sudah keliatan manis, akan timbul rasa karya sendiri. Jadi jelas ini karya bersama,” kata Teguh dalam keterangannya, Kamis (25/8).
Dalam kesempatan yang sama, Sutrisno yang sedari awal mendorong pembukaan jalur pendakian baru Trisakti Sadarehe ini juga hadir. Sutrisno secara langsung ingin bertemu, bertatap muka, berdiskusi dengan kelompok masyarakat.
Dalam sambutannya, Sutrisno juga memberikan nama untuk jalur pendakian baru ini yaitu Jalur Pendakian Trisakti Sadarehe.
Makna Trisaksi Sadarehe
Sutrisno menjelaskan makna Trisakti yang digagas Bung Karno dalam buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno yang ditulis oleh Asvi Warman Adam dkk adalah gagasan dalam membangun Indonesia agar mampu mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan dan gemah ripah loh jinawi.
“Nilai-nilai tersebut yaitu berdaulat dalam berpolitik, berdikari dalam bidang ekonomi dan kepribadian secara budaya,” kata Sutrisno lantang.
Sementara, Teguh menambahkan makna Trisaksi tersebut memiliki kesamaan dengan pengelolaan TN Gunung Ciremai melalui tiga kelola yaitu kelola ekologis, ekonomi dan sosial budaya.
Secara ekonomi, pemanfaatan jasa lingkungan dan sumber daya hutan lainnya harus mampu menghasilkan penerimaan ekonomi bagi masyarakat di sekitar kawasan.
Secara ekologi, jasa lingkungan dan sumber daya hutan lainnya tetap memiliki manfaat dan fungsi lingkungan. Secara sosial, pemanfaatan jasa lingkungan dan sumber daya hutan lainnya dapat memberikan berkeadilan dan harmonisasi antar stakeholder lingkup TN
Gunung Ciremai
Setelah pengukuhan nama jalur pendakian baru, dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti, pemotongan tumpeng, dan gunting pita jalur masuk Jalur Pendakian Trisakti Sadarehe.
Sedikit bocoran, Jalur Pendakian Trisakti Sadarehe ini memiliki 8 transit yang terdiri dari 3 transit camp dan 5 transit shelter.
Keunggulan jalur pendakian ini adalah padang savana yang membentang pada ketinggian 2.670 mdpl, pemandangan matahari terbit dan terbenam dan hamparan Edelweis.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu