Jakarta, Aktual.com – Ada upaya sistematik untuk menyudutkan Umat Islam Indonesia. Yakni lewat usaha terus menerus secara terencana untuk menyudutkan, seolah Islam adalah agama intoleran dan ketinggalan zaman.
Penilaian itu disampaikan Guru Besar Univerisitas Paramadina Prof DR Abdu Hadi WM menanggapi beberapa kasus yang terjadi di bulan Ramadhan sekarang. Menurut dia, kasus-kasus yang terjadi menunjukkan tanda-tanda ke arah itu. Umat seolah tanpa perlindungan dan dibiarkan begitu saja untuk di-bully di media massa.
“Ingat semua yang kini terjadi merupakan agenda setting,” ujar dia,” ujar dia, di Jakarta, Senin (13/6).
Menurut pakar sufisme ini, cendikiawan Islam harusnya segera turun tangan dengan berbicara secara bijak ke publik, sebelum keadaan yang dikhawatirkan memburuk dan mengarah ke konflik sosial dan SARA.
Kata dia, umat butuh perlindungan dari pihak-pihak yang memang ‘gemar’ mengecilkan Islam. Di situlah, ujar Abdu, peran cendekiawan untuk bicara. Tanpa harus takut dianggap tidak toleran, tidak demokratis atau tuduhan peyoratif lainnya.
Timpang Bersikap Pemerintah dan Masyarakat
Dia mencontohkan berbagai kasus yang terjadi di bulan Ramadhan sekarang dan menyudutkan umat Islam. Misal, kasus penertiban warung tegal yang kedapatan berjualan di bulan puasa yang diblow-up habis-habisan di media massa dan media sosial.
Di sisi lain, penggusuran ratusan rumah warga, warung dan tempat usaha lain di Luar Batang yang dilakukan Pemprov DKI malah dipuji sebagai upaya penertiban. “Bahkan dipuji habis-habisan. Ini jelas mengusik keadilan dan harus membuat kaum cendekiawan Muslim bersikap,” kata dia.
Sedangkan penyikapan pemerintah? Abdu ragu. Dia malah menilai pemerintah sekarang tidak bisa diharapkan dan seperti tidak anggap penting menjaga perasaan umat Islam.
Presiden Joko Widodo misalnya, Abdu mempertanyakan langkah apa yang sudah dilakukan terkait persoalan ini. “Tidak ada, bukan? Mereka (pemerintah) membiarkan ketidakadilan itu terjadi,” kata dia.
Diingatkan dia, jika ini dibiarkan menjadi keresahan sosial dan berujung kerusuhan berbau SARA, maka yang dirugikan masyarakat juga.
Artikel ini ditulis oleh: