Dua petani memanen jagung di Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (4/1). Kementerian Pertanian bersama Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menargetkan tahun 2017 Indonesia dapat mewujudkan swasembada jagung sebesar 3,5 juta ton. ANTARA FOTO/Hanung Hambara/tom/pd/16.

Bogor, Aktual.com – Guru Besar Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, Prof Muhammad Firduas mendorong sistem pertanian kontrak untuk meningkatkan stabilisasi stok dan harga perlu dilakukan oleh pemerintah dalam menyikapi gejolak harga pangan di Tanah Air.

“Dimulai dengan gerakan registrasi penggunaan lahan secara baik di setiap daerah, upaya ini dapat meningkatkan stabilisasi stok dan harga pangan,” katanya di Bogor, Sabtu (14/1).

Ia menyebutkan, ada beberapa upaya nyata yang harus didorong terus yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menstabilkan harga pangan.

Seperti halnya cabai, upaya dapat dilakukan dengan memperbanyak cabai olahan seperti kering, beku dan giling. Sejumlah negara telah menerapkan cara tersebut, seperti Thailand dan India.

“Beberapa puluh tahun lalu di Indonesia juga sudah menerapkan hal ini. Kita melihat nenek kita mengeringkan cabai di dapur. Tetapi kenapa sekarang tidak dilakoni lagi,” katanya.

Upaya lainnya, lanjut dia, melakukan gerakan ‘massive’ untuk penanaman cabai, baik jenis rawit maupun merah besar di dalam pot maupun perkarangan rumah.

“Dengan ini, keamanan produk lebih terjamin dan organik,” kata peraih Anugerah Karya Intelektual Nasional 2016 ini.

Tidak hanya itu, lanjut Firduas, peran ibu negara juga dapat dimaksimalkan dalam mengendalikan harga pangan nasional. Salah satunya mendidik masyarakat selaku konsumen untuk menggunakan produk cabai olahan.

“Peran ibu negara untuk kampanyekan kuliner,” katanya.

Firduas menyebutkan, terkait kenaikan harga cabai yang terjadi awal tahun 2017 dan melampui harga daging perlu disikapi dengan bijak.

Ia menjelaskan, cabai di Indonesia memiliki banyak jenisnya, mulai dari cabe rawit merah, merah besar, merah keriting, cabe rawit hijau, cabe merah hijau dan cabe hijau keriting.

Setiap cabai, lanjutnya memiliki level pedas yang berbeda-beda. Seperti cabai terpedas di dunia dari Amerika Serikat yakni jenis Carolina Reuper memiliki tingkat kepedasan lebih dari 2 juta scoville unit.

Sementara itu, cabai yang mencapai harga di atas Rp180 ribu per kg adalah cabai rawit merah. Untuk jenis cabai lainnya cenderung stabil.

“Padahal konsumsi cabai rawit merah ini tidak sebesar cabai merah besar ataupun keriting, yang harganya antara Rp40 sampai Rp50 ribu per kg,” katanya.

Ia mengatakan, cabai rawit merah besar penting karena rasa pedasnya yang banyak dicari oleh penikmat pedas terutama untuk pedagang makanan dengan berbagai level. Kenaikan harga cabai rawit merah, terasa dampaknya oleh pedagang, yang menggunakan cabai tersebut untuk meningkatkan pedas sambal yang dijualnya.

“Jadi benarkan harga cabai naik tinggi, kalau naik jenis apa, harus jelas dan dirincikan, karena konsumsi cabai rawit merah ini tidak sebesar cabai jenis lainnya,” katanya. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara