Sedangkan para guru perempuan yang berjumlah empat orang tersebut dipukul dan ditendang. Samsul bahkan menangis dan tidak bisa mengisahkan selanjutnya apa yang dialami para guru perempuan itu.
“Mereka akhirnya kabur dengan membawa 10 unit telepon seluler, empat laptop, sebagian bahan stok makanan, bahkan pakaian kami diambil semua,” katanya lagi.
Ia mengakui bahwa para guru laki-laki tidak berdaya untuk melakukan perlawanan, sebab anggota KKSB tersebut seluruhnya membawa senjata api dan parang serta sangkur yang ditodongkan kepada mereka.
Samsul kembali menangis ketika ditanya apakah peristiwa itu menyurutkan semangatnya untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa di wilayah tersebut.
“Kejadian itu tidak menyurutkan semangat kami, justru kami sedih karena alasan kami bertahan di Aroanop adalah nasib anak-anak didik kami dua pekan depan akan melangsungkan ujian kenaikan kelas. Sementara kami harus dievakuasi ke Timika,” kata Samsul lagi.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara