Jakarta, Aktual.com – Habib Husein bin Ja’far Al Hadar (Habib Ja’far), seorang pendakwah milenial, memotivasi Generasi Z Islami (GenZI) untuk menjadi agen perubahan.
Menariknya, ia mengatakan bahwa perubahan ini dapat dimulai bahkan ketika seseorang masih berbaring di tempat tidur, mulai dari introspeksi diri hingga peningkatan kualitas lingkungan sekitar.
Berbicara di acara Majelis Subuh GenZI yang diadakan di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Minggu (3/9), Habib Ja’far menyatakan betapa pentingnya peran pemuda dalam sejarah dan tradisi keislaman.
“Bahkan dalam sejarah kemerdekaan bangsa dan perjuangan Nabi Muhammad, dukungan dari generasi muda sangat signifikan,” katanya.
Menghadap ribuan kaum muda yang berkumpul di waktu Subuh, pendakwah asal Bondowoso ini memberi apresiasi tinggi.
“Allah sangat menghargai orang-orang muda yang begitu peduli dengan waktu Subuh. Kegiatan pada saat itu bisa menjauhkan dari perbuatan sia-sia atau bahkan dosa,” ucapnya.
Habib Ja’far juga menekankan pentingnya waktu Subuh sebagai sebuah momentum yang istimewa.
“Subuh adalah waktu di mana kebanyakan orang lebih memilih untuk tetap berada di tempat tidur. Oleh karena itu, sangat menggembirakan melihat generasi muda yang memilih jalan yang benar, datang ke masjid untuk salat Subuh, berzikir, dan mengikuti kegiatan keagamaan lainnya,” tuturnya.
Ia melanjutkan dengan menjelaskan keistimewaan waktu Subuh, termasuk mengapa Allah memberikan nama surat Al-Falaq yang berarti ‘membelah’.
“Subuh adalah waktu yang memisahkan kegelapan malam dengan kecerahan siang. Itu merupakan simbol dari peran Tuhan sebagai penguasa waktu Subuh, simbol antara siang dan malam,” imbuhnya.
Habib Ja’far juga membahas pentingnya Shalat Subuh sebagai indikator keimanan.
“Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim, tidak ada tes yang lebih baik untuk mengetahui sejauh mana seseorang adalah munafik atau tidak, selain dari ketaatannya dalam melaksanakan Shalat Subuh,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini, ia juga menekankan bahwa generasi muda—termasuk Generasi Z Islami—adalah motor utama perubahan.
“Sebuah revolusi memerlukan pemuda, dan itulah mengapa kita harus proaktif dalam melakukan perubahan. Bahkan dalam era digital ini, kita masih bisa menjadi agen perubahan, bahkan sambil ‘rebahan’, asalkan kita memanfaatkan teknologi dengan bijak,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan