Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh (Foto: Abid Katib/Getty Images)

Jakarta, aktual.com – Hamas menolak tawaran kesepakatan baru dari Israel dan mengajukan sejumlah persyaratan penting agar proses pembebasan sandera dapat dimulai kembali.

Menurut Hamas, Israel harus memberlakukan gencatan senjata sebelum pembicaraan mengenai pembebasan sandera dapat dimulai. Mereka juga menolak usulan Israel untuk menjalankan gencatan senjata selama seminggu dengan imbalan pembebasan puluhan sandera.

Ismail Haniyeh, kepala sayap politik Hamas, menyampaikan kepada pejabat intelijen di Kairo, seperti yang dilaporkan oleh Wall Street Journal, bahwa kelompoknya tidak akan membahas pembebasan sandera Israel sebelum gencatan senjata diberlakukan.

Surat kabar tersebut melaporkan bahwa Hamas menolak tawaran dari Israel untuk menghentikan operasi darat dan udara di Gaza selama satu minggu, sekaligus mengizinkan bantuan kemanusiaan tambahan masuk ke wilayah tersebut. Tawaran tersebut dikaitkan dengan pembebasan 40 sandera, termasuk perempuan dan anak-anak yang diculik selama serangan pada 7 Oktober.

Hamas juga menegaskan bahwa Israel harus membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan di Gaza.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa negosiasi penyanderaan ini direncanakan akan melibatkan perwakilan dari Jihad Islam Palestina, yang merupakan langkah pertama kalinya dalam proses tersebut.

Dalam perkembangan lain, pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang memanggil untuk menghentikan perang Israel-Hamas ditunda kembali pada Rabu (20/12) karena terdapat ketidaksepakatan di antara para anggota terkait kata-kata tertentu. Sementara itu, jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat.

Perdebatan ini terjadi di markas besar PBB di Manhattan, di tengah memburuknya kondisi di Gaza. Seorang pejabat senior PBB mencatat bahwa langkah Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan dianggap “jauh dari kebutuhan” yang semakin meningkat di wilayah tersebut.

“Dewan Keamanan telah sepakat untuk melanjutkan perundingan hari ini untuk memberikan waktu tambahan untuk diplomasi. Dan kepresidenan akan menjadwalkan ulang adopsi tersebut besok (Kamis) pagi,” kata Jose Javier De La Gasca Lopez-Dominguez dari Ekuador, yang memegang jabatan presiden bergilir di dewan tersebut, dilansir AFP.

Anggota dewan telah berusaha keras selama beberapa hari untuk mencapai kesepakatan mengenai resolusi tersebut, yang menyebabkan pemungutan suara ditunda beberapa kali sepanjang Selasa, setelah sebelumnya ditunda pada hari sebelumnya.

Israel, dengan dukungan dari sekutunya Amerika Serikat yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan dengan hak veto, menentang penggunaan istilah “gencatan senjata.”

Menurut sumber diplomatik, penundaan terakhir ini dilakukan atas permintaan Amerika Serikat.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain