Gaza, aktual.com – Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menegaskan bahwa tidak akan ada pembicaraan mengenai pertukaran sandera dan tahanan kecuali Israel menghentikan serangannya terhadap wilayah tersebut.
Pernyataan tersebut merupakan tanggapan terhadap laporan terbaru yang mengungkapkan bahwa Israel bersedia kembali bernegosiasi untuk pertukaran sandera antara yang ditahan oleh Hamas dengan tahanan Palestina yang dipenjara di wilayah Israel.
Seperti yang dilaporkan oleh Al Jazeera pada Selasa (12/12), Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas yang berbasis di Beirut, Lebanon, menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada pembicaraan terbaru mengenai pertukaran sandera di Jalur Gaza dan tahanan Palestina di Israel.
Hamdan menyatakan bahwa serangan Israel terhadap Jalur Gaza harus dihentikan terlebih dahulu sebelum negosiasi semacam itu dapat dilakukan.
“Pihak Israel bermaksud, melalui kebocoran yang terjadi, untuk mengkonfrontasi tekanan internal,” sebut Hamdan saat berbicara kepada Al Jazeera.
Referensi yang disebutkan oleh Hamdan berkaitan dengan informasi yang diungkap oleh beberapa pejabat Israel yang tak disebutkan namanya, dan yang dikutip oleh media lokal Israel. Mereka menyatakan bahwa pihak berwenang Israel terbuka untuk kembali melakukan gencatan senjata. Saat ini, Tel Aviv belum memberikan tanggapan terhadap laporan tersebut.
“Sikap Israel terhadap kesepakatan prospektif ini adalah untuk konsumsi internal,” sebut ucap Hamdan dalam pernyataannya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta agar Hamas menyerahkan senjata mereka dan segera menyerah. Netanyahu memperingatkan bahwa akhir dari kelompok militan Palestina tersebut sudah dekat, terutama ketika pertempuran di Jalur Gaza terus berlanjut selama lebih dari dua bulan terakhir.
“Perang masih berlangsung, namun ini adalah awal dari berakhirnya Hamas. Saya mengatakan kepada para teroris Hamas: Ini sudah berakhir. Jangan mati demi (Yahya) Sinwar. Menyerahlah sekarang,” cetus Netanyahu merujuk pada pemimpin Hamas di Jalur Gaza, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (11/12).
“Dalam beberapa hari terakhir, puluhan teroris Hamas telah menyerah kepada pasukan kami,” klaim Netanyahu.
Sementara itu, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Obeida, dalam pernyataannya yang disiarkan di stasiun televisi yang terafiliasi dengan kelompok tersebut, mengancam bahwa tidak akan ada sandera yang keluar dari Jalur Gaza dengan selamat, kecuali jika tuntutan mereka dipenuhi.
“Baik musuh fasis maupun kepemimpinannya yang arogan… maupun para pendukungnya… tidak akan bisa membawa para sandera hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi, serta memenuhi tuntutan perlawanan,” tegas Obeida dalam pernyataannya.
Tuntutan yang disampaikan oleh Obeida berkaitan dengan pembebasan tahanan Palestina yang saat ini ditahan di penjara-penjara Israel.
Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah serangan mendadak pada 7 Oktober lalu, yang menurut pejabat Tel Aviv menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil. Lebih dari 240 orang lainnya kemudian dijadikan sandera oleh Hamas dan ditahan di Jalur Gaza.
Pertempuran antara Israel dan Hamas sempat berhenti dengan disepakatinya gencatan senjata selama tujuh hari pada akhir November lalu. Kesepakatan tersebut memungkinkan pembebasan sandera Israel dan warga negara asing oleh Hamas, serta pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.
Setidaknya 105 sandera, termasuk 80 warga Israel, yang sebelumnya ditahan oleh Hamas, telah dibebaskan selama gencatan senjata. Pembebasan ini dilakukan sebagai bagian dari pertukaran dengan pembebasan 240 tahanan Palestina oleh pihak Israel.
Meskipun demikian, pada awal Desember, gencatan senjata tersebut berakhir setelah Israel dan Hamas tidak mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya. Pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas kembali terjadi di Jalur Gaza, termasuk serangan yang melibatkan wilayah selatan dari daerah tersebut.
Laporan terbaru dari otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa lebih dari 18.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas akibat serangkaian serangan Israel selama lebih dari dua bulan terakhir.
Pada tanggal 9 Desember, otoritas Israel menyatakan bahwa masih ada 137 sandera yang ditahan di Jalur Gaza saat ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain