Jakarta, Aktual.com — Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menginginkan para peneliti perguruan tinggi tidak lagi dibebani oleh laporan pertanggungjawaban (LPJ) atas riset yang mereka lakukan agar fokus pada inovasi riset yang dikembangkan.
“Riset yang selama ini dilakukan perguruan tinggi biasanya memakan biaya Rp50 juta – Rp100 juta. Tetapi yang dipertanggungjawabkan bukan risetnya, melainkan pertanggungjawaban keuangan berapa biaya perjalanan dinasnya, honorarium. Ini yang merepotkan para peneliti,” katanya usai penandatanganan kontrak Inovasi Perguruan Tinggi di Industri di Jakarta, Senin (7/3).
Menteri Nasir mengatakan peneliti sudah sibuk melakukan riset dan tidak perlu disibukkan dengan adanya beban pertanggungjawaban adminitrasi yang membuat mereka lebih sibuk.
Menurutnya, laporan pertanggungjawaban keuangan bagi peneliti memang tidak terlalu rumit, namun kenyataanya banyak peneliti yang kerepotan mengurus proses administrasi ini.
Oleh karenanya, Kemenristekdikti pun selanjutnya akan bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Kementerian Keuangan utnuk memudahkan dan mengenal aktivitas riset.
“Secara informal saya sudah membicarakan dan Menteri Keuangan merespons positif. Kerja sama LKPP untuk mengenal bagaimana sistem pembiayaan riset,” ujar Nasir.
Adapun beberapa komponen pembiayaan riset meliputi manuskrip, publikasi pada jurnal nasional dan internasional, prototipe dan inovasi hasil riset tersebut.
Kemenristekdikti saat ini tengah mendorong tujuh bidang riset yang dikembangkan berbasis inovasi dan industri, yakni pangan dan pertanian terutama pada teknologi pangan, bidang kesehatan dan obat obatan, informasi teknologi komunikasi, teknologi transportasi, nano teknologi, bidang teknologi pertahanan dan energi terbarukan plus satu bidang energi kemaritiman guna mendukung Nawa Cita Presiden.
Pada 2016 ini, Kemristekdikti telah membiayai tujuh proposal inovasi hasil riset dari enam universitas, yakni “Start Up” Industri Benih Padi 3s yang diajukan oleh IPB, Hilirisasi Produk-produk Alat Kesehatan Unggulan oleh UGM dengan kerja sama beberapa PT yang bergerak di bidang kesehatan, Pengembangan dan Produksi Radar Nasional oleh ITB Bandung dan Teknologi Unggulan Produksi Biodisel, UI.
Produk selanjutnya adalah “Base Stasion” dan Smatphone 4G oleh ITB Bandung, Pengembangan Industri Pembibitan Sapi Lokal Berbabis Iptek dari Universitas Hasanuddin, serta Konsep Inovasi Desain “Fish Carrier” oleh ITS.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan