Jakarta, Aktual.com – Pengamat Politik Poltracking, Hanta Yudha, menilai tidak ada sistem pemilu yang lebih unggul, baik proporsional terbuka maupun tertutup.
Menurutnya, sistem pemilu bisa dijadikan alat untuk menyeleksi para pengambil keputusan. Kedua, sebagai saluran pertanggungjawaban.
“Tidak ada sistem pemilu mana yang paling baik dan yang paling unggul, tinggal memperkuat sistem pemerintahan atau representatif,” ujar Hanta Yudha dalam Seminar yang digelar Fraksi Partai Golkar terkait Rancangan Undang-undang Penyelenggaraan Pemilu di ruang KK 1, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/1).
Selain itu, dia menilai, tidak ada jaminan dinaikkan Parliamentary Threshold bakal memotong jatah fraksi.
“Bahkan jika dinaikkan dari 2,5 ke 3,5 nambah satu, jadi pilihannya ditinggikan 5 sampai 7sekalian atau dihilangkan. Kalau sistem distrik partainya lebih sedikit,” katanya.
Disinggung lebih memilih sistem terbuka atau tertutup, Hanta lebih memilih sistem terbuka. Karena, sistem terbuka bisa membangun kedekatan dengan pemilih.
“Tapi bukan karena saya lembaga survei. Jadi ada keintiman antara pemilih dan wakil rakyat. Ini bukan kepentingan partai, pemilih bisa memberikan suara secara langsung, memperkuat partisipasi dan kontrol publik, lebih tau dinamika partai, lebih dinamis, semakin terbuka,” jelas dia.
Meski demikian, tambahnya, sistem terbuka atau tertutup tidak ada masalah. “Tinggal seleksinya, proses seleksinya bagus, terbuka-tertutup enggak masalah,” pungkasnya.
Lpaoran: Nailin
Artikel ini ditulis oleh: