Jakarta, Aktual.com – Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN, Nicke Widyawati membantah akan melakukan impor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari perusahaan Singapura yakni Keppel Offshore and Marine.
Menurut Nicke wacana kerja sama dengan Keppel hanya sebatas tukar guling atau swap untuk memenuhi kebutuhan beberapa pembangkit yang ada di Sumatra. Dan saat inipun prosesnya baru hanya sebatas penjajakan atau kajian secara keekonomian.
“Kalau kita ada neraca LNG sampai tahun 2022 sepertinya masih terpenuhi domestik, setelah 2022 kelihatannya baru bisa mulai impor. Tapi itupun tergantung proses pembangunan hulu di Indonesia seperti apa ini semua diatur dengan Kementerian ESDM,” kata Nicke di Jakarta, Jumat (8/9).
Kajian ini direncanakan akan berlansung selama 6 bulan ke depan. Dengan mekanisme swap, PLN akan bertukar pasokan LNG dengan Keppel. Misalnya PLN punya kontrak LNG dari Bontang, pasokan LNG tersebut dibelokan ke Singapura jadi milik Keppel. Lalu sebagai gantinya, LNG milik Keppel yang dibeli misalnya dari Malaysia dikirim ke PLN di Sumatra Utara.
“Jangka waktunya 6 bulan jika secara B to B menguntungkan dua belah pihak, akan dilakukan kontrak. Kalau tidak, nanti tergantung kajian selama 6 bulan ini,” pungkas dia.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan