Ilustrasi seseorang sedang membaca al Quran

Jakarta, Aktual.com– Berinteraksi dengan al-Quran adalah bersama al-Quran dengan kenikmatan tiada tara. Lalu, bagaimana cara mendapatkannya?

Langkah yang biasanya dilakukan adalah membacanya. Allah SWT berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

“Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya (Haqqut al-tilawah), mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Haqqut Tilawah dalam ayat tersebut adalah berfungsinya lisan, akal dan hati ketika melantunkan Al-Quran. Lisan berfungsi dengan baik ketika mampu mentartilkannya. Befungsinya akal adalah memahami isi ayat yang dilantunkan. Sedangkan berfungsinya hati adalah dengan merenungkan nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya.

Dikisahkan, Imam Rafi’I bin Mahran pernah menderita penyakit akalah, yaitu sejenis tumor tulang pada bagian lutut. Satu-satunya cara untuk menghilangkan penyakit tersebut adalah dengan mengamputasi kaki. Waktu itu dokter menawarkan khamr untuk meredam rasa sakit tatkala proses amputasi dilakukan. Tapi Imam Rafi’I menolak dan ia mengatakan, “Aku punya obat yang lebih mujarrab dari apa yang engkau tawarkan kepadaku. Datangkan saja kepada saya seorang Qori’.”

Selanjutnya ia berkata, “Dokter, apabila ayat al-Quran tengah dilantunkan dan anda melihat muka saya memerah dan mata saya terbelalak, itulah saat yang tepat untuk memotong kaki saya,”

Ketika Qori’ melantunkan ayat-ayat al-Quran, memerahlah muka serta terbelalaklah mata Imam Rafi’i. khususnya saat ia mendengar ayat yang berisi peringatan serta ancaman Allah SWT Imam Rafi’I merasakan seolah-olah ancaman itu ditujukan pada dirinya. Saat itulah dokter mulai memotong urat-urat serta menggergaji tulang kaki. Dan suatu keajaiban, tidak terdengar satu pun keluhan yang keluar dari mulut Imam Rafi’i.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra