“Kenapa? Karena kita tak pernah dengar PLN bilang, akibat penurunan harga BВМ, harga gas, dan batubara, menyebabkan biaya produksi kami, berkurang. Tapi tak diumumkan. Dan kenaikan harga itu terjadi dengan membabi buta. Artinya kenaikan itu tak dijelaskan dengan struktur biaya tersebut,” paparnya.

Dirinya sempat dapat informasi dari mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli bahwa biaya energi PLN capai Rp200 triliun.

“Tapi, kalau harga minyak turun 50 persen dari US$ 120 per barrel ke US$ 40, itu turunnya hampir 100 persen. Kalau 100 persen turun, itu artinya juga ada keuntungan besar di PLN,” jelasnya.

Kemudian, dia melanjutkan, angka penurunan subsidi energi di APBN itu juga tak jelas. Sebetulnya jumlah susbdinya berapa yang dikucurkan? Karena subsidi yang paling besar itu subsidi energi, tapi masalahnya harga energi sedang turun.

“Apakah masih tetap besar (subsidi energi)? Itu saya bilang, kenaikan TDL itu satu pembohongan publik yang luar biasa,” kecamnya lagi.

Dengan kondisi demikian, sebut dia, maka publik layak melayangkan gugatan ke Presiden Joko Widodo, Menteri ESDM dan PLN.

“Karena waktunya sangat tidak tepat ketika ada penurunan harga energi, malah TDL naik. Apalagi harga bahan bakar itu tak naik-naik,” tegas Daeng.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby