Jakarta, Aktual.com – Direktur PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), Eddy Porwanto Poo menyebut saat ini harga batubara sudah mulai stabil di angka USD 80 per ton, ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Hal ini akan sangat memengaruhi pertumbuhan kinerja perseroan di tahun ini.
Di tahun lalu dengan harga batubara yang mulai stabil, secara operasional perseroan membukukan volume overburden removal sebesar 340,2 juta bcm dan volume batubara sebesar 40,2 juta ton.
“Masing-masing mencerminkan pertumbuhan sebesar 13 persen dan 14 persen dibanding dengan tahun 2016,” ungkap Eddy di Jakarta, Kamis (24/5).
Sementara kinerja keuangan perseroan juga masih membaik dengan pertumbuhan EBITDA naik 30 persen menjadi USD 281 juta dengan EBITDA marjin sebesar 38,6 persen.
Sedang laba bersih DOID di tahun lalu juga meningkat 26 persen dari tahun sebelumnya yakni di angka USD 47 juta.
Untuk itu, perseroan optimis tahun ini bisa mencatatkan volume produksi yang tinggi. “Mungkin kami harapkan bisa bertumbuh mencapai 15-20 persen,” ungkap dia.
Untuk menopanh hal tersebut, perseroan akan menganggarkan dana belanja modal atau capex (capital expenditure) mencapai USD 200-250 juta.
“Sumber pendanaannya perseroan masih akan mengandalkan perolehan kas internal, sewa pembiayaan, maupun pinjaman bank untuk capex itu,” kata Eddy.
Pertumbuhan volume perseroan di tahun ini, kata dia, berasal dari beberapa kontrak baru yang ditandatangani oleh anak usaha perseroan, yakni BUMA, kontraktor batubara twrbesar di kedua di Indonesia. Baik selama di 2017 atau pun di awal tahun 2018 ini.
“Seperti kontrak baru di PT Pada Idi di semester kedua 2017,” kata dia.
Di tahun ini, kata dia, BUMA juga menandatangani kontrak baru dengan PT Tanah Bumbu Resources milik Geo Energy , PT Insani Baraperkasa milik PT Resources Alam Indonesia Tbk, dan PT Indonesia Pratama milik PT Bayan Resources Tbk.
“Dengan adanya seluruh kpntrak baru itu, maka BUMA memiliki kontrak di tangan senilai USD 7 miliar atau meningkat sebesar USD 2 miliar dari tahun 2017 lalu,” kata dia.
Namun sayangnya, kata dia, produksi di kuartal I-2018 ini sedikit terganggu karena faktor cuaca. Terutama di Januari hingga Februari 2018 lalu.
“Namun sejak Maret, cuaca sudah membaik, sehingga perseroan yakin akan dapat mencapai target pertumbuhan double digit. Makanya hari ini, karena cuaca membaik produksi kami sudah di atas 1 juta bcm,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh: