Jakarta, Aktual.co —Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberlakukan pemerintah pada (18/11) membuat harga kebutuhan pokok di pasar tradisional terutama sayuran melambung.
Kondisi ini membuat beberapa pedagang mengeluh karena saat ini biaya yang dikeluarkan sebagai modal untuk membeli sayuran juga bertambah, sementara penghasilan mereka tidak pasti.
Ketidakpastian pendapatan tersebut akibat mahalnya harga sayuran yang membuat para pedagang enggan membeli dalam jumlah yang banyak tidak seperti sebelum kenaikan harga terjadi.
Umar (33) pedagang sayur di Pasar Kebayoran Lama menyayangkan kenaikan harga tersebut. Umar mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga sayuran tersebut disebabkan naiknya biaya transportasi.
“Masalahnya sayuran yang ada di Jakarta itu dipasok dari luar daerah dan itu kan juga perlu biaya transportasi. BBM harganya naik otomatis ongkos pengiriman juga bertambah, hasilnya harga sayuran juga ikut bertambah mahal. Akibat harga sayuran mahal jumlah pembeli sekarang jadi berkurang,” katanya, Selasa (25/11).
Dia menerangkan, harga cabai merah keriting di Pasar Induk Kramat Jati, misalnya, mencapai Rp60 ribu per kilogram. Sedangkan cabai merah rawit Rp55 ribu per kilogram. Selain itu, komoditas lain yang mengalami kenaikan antara lain, tomat dari Rp8.000 menjadi Rp10 ribu per kilogram.
“Daun sawi dari Rp8.000 menjadi Rp12 ribu per kilogram. Itu harga di Pasar Kramat. Ya kalau kita jual lagi kita ambil lebih antara Rp5.000 sampai Rp10 ribu lah,” katanya.
Tak jauh berbeda dengan Umar, pedagang sayur lainnya, Rohimah (30) mengatakan kenaikan harga BBM berimbas pada melambungnya harga sayuran yang ada di pasaran.
“Harga semua sayuran naik, sekarang mahal semua. Paling tinggi naiknya itu Cabai. Kalau Timun biasanya Rp6.000 per kilo menjadi Rp10 ribu per kilo. Karena kita beli dari pasar induk sudah Rp8.000 per kilonya,” tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid

















