Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said (tengah) didampingi Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (kanan) dan Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati (kiri) memberi paparan saat jumpa pers Forum Pemimpin Energi Baru Terbarukan dan Konvensi Energi (EBTKE) di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (5/3). Menteri ESDM berencana mempersiapkan Peraturan Pemerintah terhadap Dana Ketahanan Energi sehingga mekanisme pendanaan bisa melalui APBN maupun pinjaman agar target energi baru dan terbarukan pada 2025 mampu menyokong 25 persen energi nasional. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said menyebutkan sore ini Rabu (30/3) akan dibahas penurunan harga BBM jenis Premium dan Solar melalui rapat terbatas di Istana Negara.

Sudirman menyebutkan harga BBM yang baru tersebut akan mulai berlaku 1 April sampai 30 Juni 2016. Namun ia mengisyaratkan penurunan harga BBM tidak begitu jauh dari harga sekarang.

“Kita menghindari lompatan yang terlalu besar. Ke depan mungkin akan ada kenaikan. Kita jaga supaya sebagian surplus disimpan, dipakai waktu harga minyak naik lagi,” kata Sudirman usai memberikan sambutan diskusi di Kantor CSIS, Jakarta, Rabu (30/3).

Sudirman menjelaskan alasan pemerintah hanya menurunkan sedikit harga BBM karena untuk menjaga kondisi perekonomian masyarakat kelas bawah, jika suatu saat harga BBM naik lagi.

“Pertimbangannya kita ingin melindung masyarakat paling bawah. Setiap kali kenaikan harga BBM sedikit saja, selalu diikuti kenaikan harga pangan, transportasi, yang paling kena masyarakat paling bawah,” jelasnya.

Pernyataan Sudirman ini ditanggapi dingin oleh Pengamat Energi Lingkar Studi Strategis, Iqbal Nusantara. Menurutnya, itu hanya alasan Sudirman ingin mengeruk keuntungan dari masyarakat. Pemerintah mengkhianati komitmennya, saat kebijakan awal tahun lalu dengan mencabut subsidi Premium.

“Tempo hari Sudirman bilang, masyarakat miskin hanya membebani negara dengan adanya subsidi energi. Sekarang Sudirman sudah mulai menjadikan rakyat miskin sebagai pundi-pundi keuangan negara, dengan menjual BBM untuk mengambil keuntungan,” kata dia.

Sebagaimana diketahui, saat periode Januari-Maret harga minyak mentah tengah anjloknya, pemerintah tetap menahan harga BBM dengan alasan menunggu 3 bulan. Setelah 3 bulan itu berakhir, pemerintah mewacanakan hanya sedikit menurunkan harga BBM karena alasan harga minyak dunia yang tengah naik.

Padahal tidak ada yang bisa memprediksikan secara jitu, kapan harga minyak mulai naik, dan kapan harga minyak turun. Ketika pemerintah tdiak lagi memberikan subsidi terhadap BBM, maka sudah seharusnya pemerintah mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia.

Untuk itu Iqbal meminta sebaiknya Presiden Jokowi dengan semangat Nawacitanya harus membuktikan keberpihakannya kepada rakyat. Karena jika harga BBM masih mahal, maka rakyat kecil tetap menanggung beban kehidupan.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan