Seorang pedagang memotong daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (29/12). Pemerintah menetapkan kuota impor sapi bakalan sebanyak 600.000 ekor pada 2016 guna memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Kapal khusus pengangkut sapi yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo belum mampu menekan tingginya harga daging sapi. Harga daging sapi di pasaran terus menerus mengalami lonjakan.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mencurigai masih mahalnya harga sapi lantaran teknis pengambilan masih dalam bentuk sapi hidup.

“Kita masih mengangkut sapi dalam bentuk hidup. Seharusnya kita bisa mengangkut sapi dalam bentuk potongan. Jadi dipotong di centra produksi dibawa ke daerah konsumen dalam bentuk dipotong itu akan lebih murah,” katanya di auditorium gedung utama Kemeterian Perdagangan, Jakarta, Rabu (6/1).

Menurut Srie, jika diangkut dalam bentuk daging potong, biayannya lebih kecil dengan volume yang lebih besar. Akan tetapi, metode ini membutuhkan semacam coldstorage yang cukup banyak.

“Seperti Lampung dekat dengan Palembang. Punya rumah potong hewan ngambilnya dari lampung, tapi kalau sampai di Palembang harganya mahal, karena dia mengangkutnya sapi hidup yang diangkut truk,” tuturnya.

Dalam rinciannya, satu mobil truk cuma cukup sampai 12 ekor, namun kalau diangkut dalam bentuk potongan, makan volumenya bisa lebih banyak dan mampu mengefisienkan biaya transportasi. Dengan demikian, harga di konsumen bisa lebih murah.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka