Jakarta, Aktual.com — Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, mengatakan tingginya harga daging sapi sejak pertengahan bulan Januari lalu disebabkan tidak tanggapnya pemerintah dalam menjaga keseimbangan permintaan dengan pasokan yang ada.
“Terjadinya gejolak harga daging sapi selama ini adalah hukum pasar demand dan supply, ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan,” ujar dia, Jakarta, Kamis (9/6).
Padahal, mestinya pemerintah bisa berkaca pada dua hari besar yang sudah dilewati, Natal dan Tahun Baru untuk segera melakukan evaluasi guna mempersiapkan bulan Ramadhan.
“Kementerian Pertanian dan Perdagangan seharusnya mengevaluasi secara komprehensif dan mengambil langkah-langkah taktis strategis agar menjelang Ramadhan dan Idul Fitri gejolak harga daging tidak terjadi,” tambah Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Itu.
Adanya fenomena harga daging yang bercokol di kisaran Rp110-Rp130 ribu, pemerintah akhirnya memberikan izin tambahan impor sebanyak 27.000 ton. Hal itu diharapkan dapat menekan harga daging hingga menyetuh Rp80 ribu.
Sayangnya, pengambilan keputusan tiga hari menjelang Ramadhan tersebut terbilang lambat. Alhasil, di awal Ramadhan ini harga daging masih tinggi.
“Sampai hari ketiga bulan Ramadhan harga daging sapi masih stabil tinggi di kisaran Rp 110-130ribu/kg,” jelas dia.
Akibatnya, kata Sarman, lagi-lagi konsumen menjadi korban karena lambatnya sikap pemerintah mengantisipasi kenaikan harga.
“masyarakat yang selalu menjadi korban akibat ketidak tanggapan pemerintah mengantisipasi terjadinya kenaikan harga daging yang jauh di atas daya beli masyarakat,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh: