Jakarta, Aktual.com – Keinginan Presiden Jokowi untuk menetapkan harga daging sapi di angka Rp80 ribu per kg, dinilai sulit diterapkan di Jawa Timur.
Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Maskur, mengatakan kesulitan tersebut bukan dikarenakan stok sapi menipis, melainkan Jawa Timur tidak mengandalkan daging import.
“Pemerintah kan memanfaatkan daging import agar bisa dijual murah dengan menetapkan Rp80 ribu per kilo, itu bagus. Tapi kita kan menggunakan daging dari peternak di Jatim sendiri,” kata Maskur, saat melakukan kunjungan di RPH Penggirian, Surabaya, Jumat (17/6) dini hari.
Dia menuturkan, karena menggunakan daging peternak, maka minimal bisa menjual Rp90 ribu per kg. Alasan tidak menggunakan daging import, lanjut Maskur, karena keberadaan sapi potong yang didapat dari para peternak di Jatim sangat mencukupi.
Terlebih, sapi peternak yang dimiliki di Jatim rata-rata peternak membelinya sejak 5 bulan lalu ketika masih dalam katergori sapi bakalan.
“Nah, kalau sapi bakalan, petenak juga terkena biaya menghidupi dan menggemukkan sapi. Itu per hari makanannya saja Rp25 ribu,” kata Maskur.
Oleh sebab itu, lanjut Maskur, untuk bisa mencapai Rp80 ribu per kg di jatim sangatlah sulit. Apalalgi, 90 persen keberadaan sapi di jatim adalah milik sapi ‘rojokoyo’ (sapi milik rakyat).
“Nah, kalau sapi rojokoyo, pemiliknya bisa menahan sapinya. Sehingga mereka bisa bermain harga saat menjualnya,” kata dia.
Jawa Timur saat ini mempunyai ketersediaan sapi potong sebanyak 4,3 juta ekor per tahun. Dalam waktu setahun, selalu menargetkan 1 juta ekor sapi anakan. Dari 1 juta ekor tersebut, 550 ribu ekor dipersiapkan khusus untuk kebutuhan Jawa Timur. Sementara, 310.000 ekor untuk kebutuhan di luar Jawa Timur.
“Nah, sisanya untuk pertumbuhan dengan target 6.2 persen dan ini sudah tercapai. Dengan demikian stok untuk kebutuhan daging sapi di Jatim dipastikan tidak akan kekurangan dan tidak mungkin pakai daging import.”
Laporan: Ahmad Budiawan
Artikel ini ditulis oleh: