Jakarta, Aktual.com – Kementerian ESDM meminta pelaku industri untuk membandingkan harga gas secara berimbang, dan tidak menyudutkan seolah-olah harga gas di Indonesai paling mahal.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja mengatakan setiap sitem yang telah dibangun mempunyai sisi positif dan negatif.
Dia mengungkapkan jika harga gas Indonesia dibandingkan negara Malaysia, memang ditemukan harga gas negara tetangga lebih murah, akan tetapi perlu diketahui bahwa mereka menerapkan sistem subsidi dan tidak mengenal bagi hasil pada negara.
“Malaysia lebih rendah karena tidak ada share untuk negara. jadi dia menggunakan sistem subsidi. Harga gas di Singapura rata USD15-16 per Mbtu, Jadi harus tahu realnya kayak apa. Kita bicara apple to apple,” jelas Wirat di Kantornya, Senin (24/10).
Lebih lanjut Wirat menambahkan bahwa sistem Indonesia mengunakan mekanisme fix price yang lebih mengutamakan stabilitas harga, jika harga minyak dunia membumbung tinggi, maka tidak berpengaruh pada harga gas di Indonesia.
Namun berbeda dengan skema negara Thailand, karena mereka melakukan impor LNG, maka harga gas mereka sangat berfluktuasi tergantung dengan pergerakan harga minyak dunia.
“Kalau Thailand link ke harga minyak, karena sebagian besar impor. Jadi, kalau harga minyak tinggi, dia tinggi kalau turun dia turun. Kalau di Indonesia menggunakan skema fix price, artinya kalau harga minyak dunia tinggi sekali, harga gas masih bisa tetap rendah,” tandasnya.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan