Jakarta, Aktual.com — Anjloknya harga komoditas karet alam Indonesia yang berlangsung cukup lama, semakin tidak menemukan kejelasan. Hingga kini langkah pemerintah baru sebatas tahap pengkajian dan belum menemukan cara tepat untuk mendongkrak komoditas tersebut.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzilia Ishak mengakui bahwa harga komiditas yang paling anjlok adalah karet alam.

“Yang paling anjlok adalah harga karet,” katanya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (10/2).

Kejatuhan harga karet di pasar internasional hingga berada pada kisaran USD1,0 per kg dan pernah menyentuh level terendah pada USD0,4 per kg.

Dirinya beralasan bahwa kejatuhan harga tersebut disebabkan turunnya harga minyak mentah dunia. Kemudian berimbas pada komoditas yang berasal dari perkebunan, terutama karet alam.

“Akibat efek minyak mentah turun, kalau minyak dunia turun, itu artinya semua komoditi yang berasal dari perkebunan itu mengalami penurunan, tapi kalau bahan bakar mengalami penguatan, maka nanti banyak komoditas meningkat,” tukasnya.

Sejauh ini dia mengaku bahwa pemerintah telah melakukan komunikasi untuk mengendalikan supply dengan cara mengurangi ekspor. Di saat yang bersamaan pemerintah juga akan berupaya mendorong peningkatan penggunaan komoditi karet di dalam negeri.

“Kita telah bersidang akan mengendalikan supply karet di negara negara Asean, jadi volumenya tidak semua diekspor, tetapi semua eksportir disini harus mengurangi ekspor karet. Kita juga sudah berkoordinasi dengan beberapa Kementerian agar komoditas karet digunakan di dalam negeri, misalkan dijadikan penyanggah rel kereta api,” paparnya.

Disisi lain, dirinya mengatakan bahwa kebijakan pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk melakukan resi gudang dalam upaya meningkatkan harga karet, akan tetapi sampai saat ini wacana tersebut belum pernah dibicarakan.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka