Merawang, Aktual.com – Petani Desa Kimak, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengeluhkan harga lada yang terus turun menjadi Rp52 ribu per kilogram.

“Harga jual lada yang sempat melambung tinggi hingga mencapai Rp180 ribu per kilogram pada tahun lalu, sekarang turun menjadi Rp52 ribu per kilogram,” ujar salah seorang petani lada di Kimak kecamatan Merawang, Rabu (25/10).

Ia menyebutkan, menurunnya harga jual lada tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi.

Anjloknya harga lada ini kami petani merasa sangat kesulitan. Sekarang harga lada jatuh sekali, pupuk subsidi yang biasanya kami gunakan susah dicari. Sudah 4 bulanan ini tidak ada pupuknya dipasaran. Sekarang kami pakai yang nonsubsidi, tapi kami tekor kalau dibanding dengan harga jual ladanya, ujarnya.

Begitu juga dengan petani lada lainnya asal Desa Jada Bahrin, umar yang mengeluh turunya harga jual lada sehingga harus menunda penjualan ladanya.

“Kita menunda penjualan lada hasil panen karena harganya murah dan tidak sesuai dengan biaya produksi selama ini sehingga petani bisa merugi,” katanya.

Ia menyebutkan, turunnya harga lada disebabkan musim panen serentak di tiga negara penghasil lada yakni Indonesia, Malaysia dan Kamboja.

“Produksi lada saat ini melimpah sehingga harganya terjun bebas, ditambah tiga negara produsen lada sekarang lagi panen semua,” katanya.

Ia menyebutkan, ladanya akan dijual sampai harganya kembali stabil atau berada pada kisaran Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram.

“Lada akan kita jual kalau harga lada sudah kembali normal supaya tidak rugi,” katanya.

Ia berharap pemerintah daerah menyikapi kondisi harga lada yang anjlok ini karena lada satu-satunya komoditas unggulan menjadi harapan petani.

“Menambang bijih timah sudah tidak bisa diharapkan lagi, sawit dan karet juga tidak kunjung membaik harganya ditambah harga lada, juga anjlok sehingga membebani petani,” katanya.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan