Ilustrasi- Kilang Minyak

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak turun di awal perdagangan Asia pada Selasa (24/5) pagi karena kekhawatiran atas kemungkinan resesi dan konsumsi yang lebih lemah melebihi ekspektasi pasokan global yang ketat dan peningkatan permintaan bahan bakar di China setelah janji stimulus Beijing.

Minyak mentah berjangka Brent untuk Juli turun 35 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 113,07 dolar AS per barel pada pukul 01.22 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli turun 36 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 109,93 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak turun lebih dari satu dolar AS di awal sesi.

Brent naik 0,7 persen pada Senin (23/5/2022) sementara WTI menetap hampir datar.

Berbagai ancaman terhadap ekonomi global melampaui kekhawatiran orang-orang kaya dunia pada KTT ekonomi tahunan Davos, dengan beberapa menandai risiko resesi di seluruh dunia.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan dia tidak memperkirakan resesi untuk ekonomi-ekonomi utama tetapi tidak dapat mengesampingkannya.

“Investor melakukan aksi jual karena mereka memperkirakan harga minyak yang lebih tinggi akan mengurangi konsumsi bahan bakar di seluruh dunia,” kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd, dikutip dari Reuters.

“Tetapi kekhawatiran yang tersisa atas pasokan global yang ketat dan harapan untuk pemulihan permintaan di China memberikan beberapa dukungan,” katanya, memprediksi Brent akan tetap dalam kisaran 105-115 dolar AS per barel untuk sementara waktu.

Dunia menghadapi krisis pasokan minyak dengan sebagian besar perusahaan takut untuk berinvestasi di sektor ini karena mereka menghadapi tekanan energi hijau, kepala Saudi Aramco mengatakan kepada Reuters, menambahkan pihaknya tidak dapat memperluas kapasitas produksi lebih cepat dari yang dijanjikan.

China, importir minyak utama dunia, akan memperluas potongan kredit pajaknya, menunda pembayaran jaminan sosial dan pembayaran pinjaman, meluncurkan proyek-proyek investasi baru dan mengambil langkah-langkah lain untuk mendukung ekonomi, kata kabinet mengutip televisi pemerintah, Senin (23/5/2022).

Shanghai, pusat komersial China, bertujuan untuk menormalkan kehidupan mulai 1 Juni karena beban kasus virus coronanya menurun, meskipun meningkatnya kasus COVID-19 baru di Beijing menimbulkan kekhawatiran akan pembatasan lebih lanjut.

Sementara itu, Uni Eropa kemungkinan akan menyetujui embargo impor minyak Rusia “dalam beberapa hari,” menurut anggota terbesarnya Jerman, ketika Moskow mengatakan melihat hubungan ekonominya meningkat dengan China setelah diisolasi oleh Barat atas invasinya ke Ukraina.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra