Jakarta, Aktual.com — Staf Khusus Wakil Presiden bidang Ekonomi, Wijayanto Samirin menyebut, harga minyak mentah dunia yang masih berfluktuasi akan mendekati kisaran US$20 per barrel.

Sehingga, ketika harga minyak hampir mencapai US$20 per barel, maka negara produsen minyak pasti akan menutup sumurnya. “Dengan begitu harga juga akan meningkat lagi,” kata dia yakin kepada Aktual.com, Rabu (24/2).

Untuk konteks Indonesia, saat ini, biaya produksi minyak bumi dalam negeri sekitar $20/barel. Maka kalau harganya sampai di angka itu, mereka dengan sangat terpaksa akan menutup ladang sumur minyaknya.

“Kalau dengan harga saat ini, mempoduksi minyak masih menguntungkan. Tetapi, jika harga turun sampai US$20 per barel, maka kemungkinan beberapa sumur akan mengurangi operasi, dampaknya impor minyak kita akan meningkat,” terang dia.

Namun, meski banyak sumur minyak ditutup, kata dia, penurunan minyak dunia tetap Indonesia mendapat banyak keuntungan.

“Apalagi kita sebagai net importir minyak yang besar, sekitar 50% minyak yang kita konsumsi berasal dari impor, maka penurunan harga minyak akan menguntungkan ekonomi secara keseluruhan,” papar dia.

Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi diklaimnya cenderung membaik. Indikator ekonomi seperti inflasi juga akan rendah. “Dengan kondisi itu, daya beli masyarakat juga meningkat serta mempermudah upaya pemerintah dalam menurunkan suku bunga untuk menggerakkan sektor riilnya,” terang dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan