Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) berbincang dengan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/12). Rapat tersebut membahas soal proyek pengolahan gas dari Lapangan Gas Abadi di Blok Masela, Laut Arafura. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/15.

Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku bahwa kondisi Indonesia berada di lingkungan global yang tidak menggembirakan, dia mengatakan sektor industri tidak kompetitif untuk bersaing di pasar global.

Kenyataannya itu bisa diukur dari sektor industri manufaktur dalam penerimaan devisa mengalami kemunduran.

“Kita harus akui bahwa sktor industri kita tidak cukup kompetitif buat bersaing di pasar internasionl, itu bisa diukur dari sektor industri manufaktur dalam penerimaan devisa kita setelah krisis 1998/1999 memang sektor manufaktur kita mengalami kemunduran,” papar Darmin saat menghadiri pembukaan rapat kerja Kemendag, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (27/1).

Akibat melemahnya harga minyak dunia, berdampak negatif pada kondisi ekonomi Indonesia, tidak terkecuali termasuk sektor manufaktur.

Jika dilihat dari nilai ekspor Oktober 2015 hanya sebesar USD12,08 miliar, atau mengalami penurunan 20,98 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada Oktober lalu, Rupiah terapresiasi 7,13 persen terhadap dollar Amerika Serikat, 5,19 terhadap dollar Australia, 7,72 persen terhadap Yen Jepang, dan 8,85 persen terhadap EURO serta menembus angka Rp14 ribu/USD.

Selain itu, pada bulan November lalu neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit USD0,35 miliar, defisit tersebut didorong oleh penurunan neraca perdagangan nonmigas.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan