BBM (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Harga minyak di pasaran dunia secara fluktuatif terus menurun drastis hingga menembus di kisaran USD30 per barel, hal ini diperkirakan akan terus berlanjut lantaran terjadi produksi minyak secara berlebihan dari negara produsen minyak.

Selain itu, akibat peralihan penggunaan energi dari bahan bakar fosil kepada energi baru dan terbarukan, menyebabkan tingkat konsumsi semakin menurun.

“Karena harga minyak dunia turun drastis, seharusnya harga BBM dalam negeri disesuaikan,” tulis Ekonom Universitas Brawijaya, Candra Fajri Ananda melalui pesan elektronik kepada aktual.com Kamis (28/1).

Menurutnya, sebagai operator distribusi BBM, seharusnya pertamina menurunkan harga BBM yang tidak lagi sesuai pada hari ini.

Namun dia melihat pertamina seakan tidak ‘berdosa’ dengan membebani rakyat melalui harga minyak yang tinggi di tengah kondisi melemahnya daya beli rakyat.

“Aturan yang ada mengatur perubahan harga per 3 bulan sekali, sehingga Pertamina merasa tidak bersalah karena adanya aturan itu,” tuturnya.

Seperti diketahui, harga Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak)

Ongkos kirim katakanlah USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10% (Rp380/liter) ditambah PBBKB 5% (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter.

Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.750 per liternya (Harga keekonomian: Rp6.750 per liter) ada selisih harga Rp2.380 dari harga keekonomian (selisih Rp1.380 dari harga subsidi).

Tentunya Pertamina meraup keuntungan besar dari masyarakat. Dengan kondisi begini juga sangat tidak menutup kemungkinan ada pihak yang berani menjual harga solar non subsidi di bawah harga solar subsidi.

Seperti yang pernah terjadi pada bulan Agustus 2015 lalu yang saat itu harga solar subsidi di SPBU dijual dengan harga Rp6.900 per liter, PT AKR Corporindo Tbk, justru menjual solar industri di level Rp 6.400 per liter, lebih murah Rp 500 per liter.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan