17 November 2024
Beranda Bisnis Harga Minyak Asia Naik Akibat Tingginya Inflasi AS

Harga Minyak Asia Naik Akibat Tingginya Inflasi AS

Kilang Minyak
Ilustrasi Kilang Minyak
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 99,37 dolar AS per barel pada pukul 00.10 GMT, setelah naik 8 sen pada Rabu (13/7).

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus berada di 95,93 dolar AS per barel, turun 37 sen atau 0,4 persen, setelah naik 46 sen di sesi sebelumnya.

Federal Reserve diperkirakan akan meningkatkan pertempurannya melawan inflasi tinggi 40 tahun dengan kenaikan suku bunga 100 basis poin yang sangat besar bulan ini, setelah laporan inflasi yang suram menunjukkan tekanan harga meningkat.

Bank sentral Kanada pada Rabu (13/7) menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 basis poin dalam upaya untuk menghancurkan inflasi, mengejutkan pasar dan menjadi negara G7 pertama yang melakukan kenaikan agresif dalam siklus ekonomi ini.

Komisi Eropa memperkirakan rekor tingkat inflasi dan memangkas perkiraan PDB untuk 2022 dan 2023 sebagai akibat dari perang di Ukraina, mengganggu permintaan karena lonjakan harga dan bahaya kekurangan energi musim dingin, Bloomberg News melaporkan pada Rabu (13/7) mengutip rancangan proyeksi.

Investor juga berbondong-bondong ke dolar, sering dilihat sebagai aset safe haven. Indeks dolar mencapai level tertinggi 20 tahun pada Rabu (13/7/2022), yang membuat pembelian minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS.

Kekhawatiran pembatasan COVID-19 di beberapa kota di China untuk mengendalikan kasus baru dari sub-varian yang sangat menular juga telah membatasi harga.

Impor minyak mentah harian China pada Juni merosot ke level terendah sejak Juli 2018, karena para penyuling mengantisipasi langkah-langkah penguncian COVID-19 untuk mengekang permintaan, data menunjukkan pada Rabu (13/7).

Sementaraitu Presiden AS Joe Biden pada Jumat (15/7/2022) akan terbang ke Arab Saudi, di mana ia akan menghadiri pertemuan puncak sekutu Teluk dan menyerukan sekutu tersebut untuk memompa lebih banyak minyak.
Namun kapasitas cadangan di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir habis dengan sebagian besar produsen memompa pada kapasitas maksimum dan ada keraguan tentang berapa banyak tambahan yang dapat dibawa Arab Saudi ke pasar dengan cepat.

Data dari Badan Informasi Energi AS juga menunjukkan permintaan yang melambat dengan produk yang dipasok merosot menjadi 18,7 juta barel per hari, terendah sejak Juni 2021. Persediaan minyak mentah naik, didukung oleh rilis besar lainnya dari cadangan strategis

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra