Jakarta, Aktual.com — Harga minyak memperpanjang reli baru-baru ini di perdagangan Asia, Jumat (9/10), di tengah harapan bahwa meningkatnya permintaan dan penurunan produksi minyak mentah AS akan mengurangi banjir pasokan yang telah menekan pasar lebih dari setahun.
Kedua kontrak minyak mentah utama mencapai titik terendah enam tahun selama kuartal April-September, karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan, pelambatan ekonomi Tiongkok dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS.
Namun, mereka telah melonjak baru-baru ini karena Federal Reserve AS menunjukkan tanda-tanda akan menunda kenaikan suku bunganya, kenaikan suku bunga akan memperkuat greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal. Sementara data terakhir dari Beijing telah menenangkan kegelisahan.
Dan pada Kamis, Abdalla Salem El-Badri, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan permintaan global diperkirakan akan meningkat lebih besar dari yang diproyeksikan tahun ini, dan selanjutnya akan melihat kenaikan lebih jauh didukung oleh “peningkatan kegiatan ekonomi global”.
Pada Jumat, patokan AS minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 0,99 sen atau 2,0 persen menjadi 50,42 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk November maju 0,85 sen atau 1,60 persen menjadi 53,90 dolar AS per barel di perdagangan sore.
WTI naik 31 persen dan Brent lebih dari 25 persen lebih tinggi setelah mencapai posisi terendah lebih dari enam tahun pada akhir Agustus.
Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura, mengatakan: “Harga telah tetap rendah untuk waktu yang lama dan momentum ini bahwa kita saat ini melihat sebagian datang dari pembelian teknis.” “Pada catatan yang lebih mendasar, juga tampak bahwa pasar telah menangkap (tentang) penurunan produksi minyak mentah AS,” katanya.
Ang mengutip data dari Departemen Energi AS yang menunjukkan produksi AS telah menurun dari 9,6 juta barel per hari pada awal Juli menjadi sekitar 9,2 juta barel pada pekan lalu.
“Jika produksi minyak mentah AS terus turun, kita bisa melihat momentum ‘bullish’ bertambah.”
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan