Jakarta, Aktual.com – Harga minyak melonjak sekitar dua persen di awal perdagangan Asia pada Senin (4/12), setelah negara-negara OPEC+ mempertahankan target produksi mereka stabil menjelang larangan Uni Eropa dan pembatasan harga pada minyak mentah Rusia.
Pada saat yang sama, sebagai tanda positif untuk permintaan bahan bakar, lebih banyak kota di China melonggarkan pembatasan COVID-19 selama akhir pekan.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 1,84 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi diperdagangkan di 87,41 dolar AS per barel pada pukul 01.42 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 1,64 dolar AS atau 2,0 persen, diperdagangkan di 81,62 dolar AS per barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, pada Minggu (4/12/2022) sepakat tetap berpegang pada rencana Oktober mereka untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) mulai November hingga 2023.
Analis mengatakan keputusan OPEC+ telah diperkirakan karena produsen-produsen utama menunggu untuk melihat dampak larangan impor Uni Eropa dan batas harga Kelompok Tujuh (G7) 60 dolar AS per barel pada minyak Rusia yang dikirim melalui laut, dengan Rusia mengancam akan memangkas pasokan ke negara mana pun yang mengikuti pembatasan.
“Keputusan tersebut mencerminkan ketidakpastian pasokan dan permintaan dalam beberapa bulan mendatang,” kata analis ANZ Research dalam catatan klien.
Uni Eropa perlu mengganti minyak mentah Rusia dengan minyak dari Timur Tengah, Afrika Barat dan Amerika Serikat, yang akan menempatkan harga minyak setidaknya dalam waktu dekat, kata wakil presiden Wood Mackenzie, Ann-Louise Hittle dalam sebuah catatan .
“Harga saat ini terbebani oleh ekspektasi pertumbuhan permintaan yang lambat, meskipun ada larangan impor minyak Uni Eropa untuk minyak mentah Rusia dan batasan harga G7. Penyesuaian larangan Uni Eropa dan batasan harga kemungkinan akan mendukung harga sementara,” kata Hittle.
Faktor utama yang membebani permintaan adalah kebijakan nol-COVID China, tetapi tampaknya sekarang mereda setelah protes diikuti oleh beberapa kota, termasuk Beijing dan Shanghai, melonggarkan pembatasan dalam berbagai tingkatan.
Hittle menambahkan bahwa embargo Uni Eropa terhadap produk minyak Rusia, selain minyak mentah, mulai 5 Februari akan mendukung permintaan minyak mentah pada kuartal pertama 2023, karena pasar kekurangan solar dan minyak pemanas.
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra