Ilustrasi- Kilang Minyak

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak turun pada awal perdagangan Asia pada Selasa (29/11) pagi, tertekan oleh kekhawatiran tentang melambatnya permintaan bahan bakar di importir minyak mentah utama China di tengah pembatasan COVID-19 yang ketat.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 45 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 82,74 dolar AS per barel pada pukul 01.13 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 51 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 76,73 dolar AS per barel.

Brent menetap 0,5 persen lebih rendah sehari sebelumnya, setelah merosot lebih dari 3,0 persen menjadi 80,61 dolar AS di awal sesi ke level terendah sejak 4 Januari. WTI menetap naik 1,3 persen pada Senin (28/11), setelah di awal sesi menyentuh level terendah sejak Desember 2021.

“Suasana bearish terhadap harga minyak menyebar di Asia karena kekhawatiran tentang penurunan permintaan China, sementara protes yang jarang terjadi selama akhir pekan juga menimbulkan kekhawatiran atas dampaknya terhadap ekonomi China,” kata Analis Fujitomi Securities Co Ltd, Toshitaka Tazawa.

Protes jalanan yang jarang terjadi yang meletus di kota-kota di seluruh China selama akhir pekan adalah pemungutan suara menentang kebijakan nol-COVID Presiden Xi Jinping dan pembangkangan publik terkuat selama karir politiknya, kata analis China. Beijing tetap berpegang pada kebijakan nol-COVID meskipun sebagian besar dunia telah mencabut sebagian besar pembatasan.

Investor juga tetap berhati-hati menjelang pertemuan penting Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, pada 4 Desember. Analis di Eurasia Group menyatakan dalam sebuah catatan pada Senin (28/11/2022) bahwa melemahnya permintaan dari China dapat memacu OPEC+ untuk memangkas produksi.

“Kerugian terbatas (pada Selasa) karena beberapa investor berharap bahwa OPEC dan sekutunya dapat menyepakati pengurangan produksi dalam pertemuan berikutnya untuk mendukung harga minyak,” kata Tazawa.

Pasar juga menilai dampak dari batas harga Barat yang akan datang pada minyak Rusia.

Para diplomat Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa telah membahas batas antara 65 dolar AS dan 70 dolar AS per barel, dengan tujuan membatasi pendapatan untuk mendanai serangan militer Moskow di Ukraina tanpa mengganggu pasar minyak global. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.

Tetapi pemerintah Uni Eropa pada Senin (28/11/2022) gagal menyepakati batas tersebut, dengan Polandia bersikeras bahwa batas tersebut harus ditetapkan lebih rendah dari yang diusulkan oleh G7, kata para diplomat.

Batas harga akan mulai berlaku pada 5 Desember, ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia juga berlaku.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra