Jakarta, Aktual.com — Harga minyak dunia bervariasi di perdagangan Asia pada Selasa (17/11) sore, karena investor menunggu data persediaan minyak mentah AS yang diperkirakan akan lebih menggarisbawahi kelebihan pasokan global.
Harga didorong lebih tinggi pada Senin setelah jet-jet tempur koalisi pimpinan AS membom operasi-operasi minyak kelompok Negara Islam (ISI) menyusul serangan mematikan di Paris, tapi para analis mengatakan dampak dari ketegangan geopolitik di pasar minyak terbatas.
Pada sekitar pukul 06.00 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun enam sen menjadi 41,68 dolar AS per barel, membalikkan keuntungan di pagi hari.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari diperdagangkan delapan sen lebih tinggi pada 44,64 dolar AS per barel.
Keuntungan sebelumnya pada WTI “benar-benar latihan untuk mempertahankan tingkat 40 dolar AS, di mana kita melihat rebound 4,0 persen setelah harga menyentuh posisi terendah 40,06 dolar AS,” kata Bernard Aw, analis pasar IG Markets di Singapura.
“Sulit untuk melihat potensi kenaikan lebih lanjut, meskipun kita mungkin akan mendapatkan lebih dekat ke tingkat keseimbangan harga di mana kita menemuan spot sweet di persamaan pasokan dan permintaan,” katanya kepada AFP.
Dia mengatakan investor juga berhati-hati menjelang laporan Departemen Energi AS pada Rabu tentang stok minyak mentah komersial dalam pekan yang berakhir 13 November.
Para analis memperkirakan penambahan lagi dalam persediaan, yang akan menunjukkan melemahnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.
BMI Research mengatakan ketegangan geopolitik yang dipicu oleh eskalasi aksi militer terhadap ISIS menyusul serangan di Paris tidak mungkin memiliki pengaruh besar terhadap harga minyak.
Ini ditunjukkan dalam sebuah komentar bahwa pasar global tetap kelebihan pasokan, persediaan minyak mentah di negara maju berada pada tingkat rekor dan tidak ada ancaman langsung terhadap fasilitas minyak Timur Tengah dan tempat transit.
“Tidak ada ancaman material terhadap fasilitas penghasil minyak dan rute transit di Timur Tengah dari eskalasi upaya militer Prancis di Suriah,” katanya.
“Yaitu, ini mengacu pada fasilitas minyak Arab Saudi, negara-negara Teluk, Irak Selatan dan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG), serta jalur strategis Terusan Suez, Bab el-Mandab dan Selat Hormuz, yang semuanya tetap di luar jangkauan operasi militer.”
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan