Jakarta, Aktual.com — Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia, Kamis (15/10), karena laporan menunjukkan peningkatan produksi oleh OPEC mendukung ekspektasi kelebihan pasokan akan bertahan hingga tahun depan.
Data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat dan Tiongkok lebih lanjut menegaskan pelambatan ekonomi global tahun ini dan tahun berikutnya yang diproyeksikan oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, kemungkinan mengurangi permintaan minyak.
Pedagang juga sedang menunggu rilis data persediaan minyak mentah komersial AS dalam pekan yang berakhir 9 Oktober pada Kamis untuk mengukur permintaan di konsumen minyak utama dunia itu.
Pengamat pasar memperkirakan penumpukan dalam stok, yang akan menunjukkan permintaan lebih lemah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November merosot 0,43 persen menjadi 46,44 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk November, yang berakhir Kamis, naik 0,24 persen menjadi 49,27 dolar AS pada sekitar 06.30 GMT. Kedua kontrak jatuh pada Rabu.
Penurunan harga baru-baru ini untuk kedua kontrak telah menghapus sebagian besar keuntungan sembilan persen minggu lalu yang membantu WTI menembus tingkat 50 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juli.
“Harga minyak jatuh … minggu ini karena investor bereaksi terhadap laporan bulanan OPEC dan data ekonomi Tiongkok,” kata Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia Pasifik di perusahaan jasa profesional EY.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEV) mengatakan produksi mereka naik 110.000 barel per hari menjadi 31,5 juta pada September, karena kelompok itu terus memproduksi di atas target.
Gupta menambahkan bahwa pedagang masih khawatir tentang ekonomi Tiongkok setelah data perdagangan dan inflasinya melemah pada minggu ini, sementara angka penjualan ritel AS pada Rabu juga jauh di bawah ekspektasi.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan